Pagi-pagi sekali, selesai sarapan, mereka pun mengantarkan Ghazi ke rumahnya. Ratna duduk di depan dengan Syilla.
Ghazi di belakang dengan Najwa Detektif. Walaupun Najwa Detektif tidak mau pisah lagi dengan Ghazi, tapi Ghazi tidak pernah mau disentuh oleh Najwa Detektif. Satu senti Najwa Detektif mencoba mendekat, sepuluh senti Ghazi menghindar dan menjauhi Najwa Detektif. Hanya ketika menjawab pertanyaan yang harus ia jawab saja ia menoleh ke arah Najwa Detektif.
Sampai di rumah Ghazi. Mereka pun turun. Ibunya langsung memeluk Ghazi, walaupun hanya dua bulan lebih berpisah, rasa rindu sudah ada di dalam diri ibunya sejak Ghazi dalam kandungannya. Najwa Detektif menyalami calon mertuanya.
Ibu Ghazi heran melihat perubahan Najwa Detektif yang lebih langsing dari sebelumnya. Kalau dilihat dari jauh, seakan Najwa Detektif tak punya daging, tapi kalau dari dekat masih ada daging yang membalut tulangnya.
Tak lama di rumah Ghazi, selesai makan, mereka pun pamit. Najwa Detektif pamit pada calon mertuanya dan juga pada calon suaminya. Najwa Detektif berjanji pada Ghazi akan sering datang ke rumah Ghazi dan Ghazi juga berjanji pada Najwa Detektif ia tidak akan pergi lagi. Tanggal pernikahan sudah ditentukan oleh kedua orang tua Najwa Detektif dan ibunya Ghazi menyetujui via telepon. Selesai pamitan mereka pun meninggalkan rumah Ghazi. Dari dalam mobil Najwa Detektif melambaikan tangan kurusnya ke arah Ghazi. Dari depan rumah, Ghazi hanya bisa senyum dan nyengir.
Di tengah jalan, Syilla menghentikan mobilnya.
"Sekarang kemana tujuan kita kak, Ratna?" Ratna diam sebentar lalu ia pun mengajak Najwa Detektif berbicara serius.
"Aku sudah menemukan Ghazi dan membawa Ghazi pulang. Sudi kiranya kamu membantuku memecahkan masalah misterius suamiku, Najwa."
"Siap! Apa masalahnya?"
"Suamiku Retno akhir-akhir ini tidak mau bicara padaku."
"Sudah kamu periksa handphone miliknya?"
"Belum."
"Harus diperiksa, Ratna. Jangan-jangan dia selingkuh!"