"Kamu benaran serius dengan orang yang mengirimimu pesan ini, Siska?" Najwa Detektif memeriksa perasaan Siska.
"Kalau ia adalah orang yang serius, maka aku tentu saja serius, tapi...,"
"Tapi lagi?" Ratna penasaran. Ingin segera tahu apa isi kepala Siska. Tadinya Ratna sudah curiga bahwa suaminya selingkuh dengan Siska, ternyata isi inbox itu membuktikan bahwa Siska dan Tauke sedang berada di jalur asmara.
"Tapi sepertinya orang yang mengirimkan pesan ini kurang serius deh. Karena ia penuh dengan rayuan, aku tak suka rayuan. Aku mau pembuktian."
"Kita semua sudah kenal dengan orang ini Siska. Beliau inilah orang yang merawat Firman dan beliau ini ikut dulunya ke rumah Marwa waktu mengantar Firman. Belau ini orang baik dan kaya dan dermawan. Masa ia kamu lupa dengan beliau yang memakai jas dan membawa rombongan waktu itu?"
"Iya aku ingat, tapi beliau udah seumuran tiga puluhan. Udah bapak-bapak!"
"Makanya kalau cari jodoh nggak usah promosi, gendong boneka lah, ganti foto profile kartun menikah lah, baca buku menikah lah, update status lah, banyak kali kodemu! Akhirnya bapak-bapak pun ikut menanggapi." Ratna hatinya masih mendongkol.
"Tapi kalau aku mau, apa urusanmu, Ratna?" Siska tak tahan dikoreksi. Ratna diam tak menyahut.
"AKu yakin beliau adalah orang baik." Najwa Detektif menguatkan Siska. Siska diam membisu, pura-pura baca buku, padahal ia sedang mengingat-ingat orang yang dulu pernah ia lihat di rumah Marwa saat mengantarkan Firman.
"Oh ya, tapi beliau dari mana dapat nomorku?" Siska menyelidiki.
"Nah, itu dia masalahnya. Kamu mau tau nggak siapa pelakunya?" Najwa Detektif menawarkan penyelidikan baru dan kasus baru.
"Mau!" Siska tak sabaran, ingin tahu orangya.
Selesai minum jus alpukat buatan Siska, Najwa Detektif mengajak Siska dan Ratna pergi ke rumah Retno. Sampai di rumah, Retno masih nonton tv dan sedang makan mie buatannya sendiri. Retno sedikit gemetaran hingga gayanya makin membuat Najwa Detektif curiga padanya. Retno tidak menoleh ke arah Najwa Detektif, ia nonton tv, pura-pura tidak tahu ada orang di dekatnya.
"Retno, kamu yang mengirimkan nomor Siska ke Tauke ya?"
"Mengirimkan nomornya Siska ke Tauke? Aku saja tidak punya nomor Tauke." Retno menjawabnya dengan lancar dan dapat diterima oleh akal Najwa Detektif. Tapi ia masih curiga.
"Benaran nggak ada nomor, Tauke?"
"Nggak ada Najwa! Emang kenapa sih Kamu kok curiga gitu sama, Aku?"
"Sepertinya teman kita akan segera dilamar, Tauke!?" kata Najwa Detektif.
"Wah, serius? Senangnya dengarnya!" Retno senang ketika ia tahu Siska sudah dapat jodoh, ia menunjukan wajah senangnya padahal hatinya sedikit hancur karena kalau ia bercerai dengan Ratna, maka cinta Siska padanya akan segera ia tanggapi, tapi kini Siska sedang di ambang pintu asmara dengana Tauke.
"Mau ikut bantu kami nggak?" Najwa Detektif menawarkan lowongan pekerjaan pada Reno. Karena Retno ingin tahu kelanjutan kisah cinta Siska dan Tauke, Retno pantang ditawari, langsung segera menyambar.
"Walaupun Kamu tak mengajakku, aku akan minta ikut!" Padahal ia tidak tahu bahwa tawaran itu adalah cara Najwa Detektif mendamaikan dirinya dengan Ratna, dan Najwa Detektif akan segera tahu masalah misterius berubahnya Retno. Retno mengambil jaket di kamarnya. Ratna mengambil tasnya di kamar sebelah. Tak lama kemudian mereka pun keluar dari dalam dan menuju ke mobil.
"Kita satu mobil saja, nggak usah bawa mobilmu Retno. Barerng mobil Syilla aja." Siska mengajak gabung, tidak membiarkan Retno sendirian.
"Aku mau, tapi aku yang nyetir!" Retno menawarkan diri sebagai alasan ia mau gabung. Najwa Detektif menatap Syilla, Syilla tampak setuju. Najwa Detektif dan Siska segera masuk dan duduk di kursi belakang, sementara Ratna masih berdiri di samping mobil, masih bercermin. Terpaksalah Ratna duduk di depan sebelah kiri Retno. Perjalanan pun segera ditempuh. Retno tak pernah mau menoleh ke arah Ratna, hari ini adalah hari ketiga ia bersikap dingin terhadap Ratna.