Bismillahirrahmanirrahim. Alhamduillahirabbil alamin wabihi nasta"in waala umuriddunya waddin wasshalatu wassalamu ala asrafil anbiya"I walmursalin waala alihi wasahbihi ajam"in ama ba"du.
Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Swt. Atas segala nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Nikmat sehat, nikmat taufik hidayah inayah, dan nikmat yang paling besar adalah nikmat iman dan islam. Selawat serta salam tak lupa kita sanjungkan keharibaan Nabi Besar Muhammad saw.
Ide awal saya menulis novel Manek'i adalah terinspirasi dari kisah nyata seorang senior saya yang paginya dia resepsi nikahan, sore hari istrinya meninggal karena kecelakaan. Lalu kemudian dia meng-Update status di Facebook dengan sebagian kalimat narasinya tertulis, "Bulan Madu di Surga" Saya sangat terenyuh membaca kalimat itu di layar handphone saat rebahan di dalam kamar di Darrasah Kairo. Lama ide itu menghantui dan memadati isi kepala saya, masuk ke relung hati, dan membangunkan jiwa saya untuk menuliskannya menjadi sebuah cerita pendek yang kemudian saya beri judul: Menikah di Dunia Berbulan Madu di Surga" yang saya tulis di tahun 2016 dengan handphone lalu kemudian saya post di halaman Facebook saya: Cinta Kamu Seorang Penulis, yang sekarang tidak ada wujudnya lagi karena telah saya hapus sebab saya telah lupa kata sandi admin Facebook saya yang lama.
Itulah cerpen saya yang terpanjang, hampir bisa disebut sebagai novelet. Cerpen itu banyak sekali diminati pembaca kala itu di tahun 2016, nyaris 998 likes dan 200-an komentar dan lebih seratus kali dibagikan. Banyak yang mengaku menangis ketika membaca mobil bulan madu itu jatuh ke jurang akibat mobil fuso kelapa Sawit, jejak komentar-komentar pilihan sebagian saya abadikan di highlight Instagram saya dan tertulis di akhir bab buku ini.
Beberapa orang berkomentar ada yang tidak ingin kisah itu berhenti sampai di situ saja. Pembaca berharap saya melanjutkan cerita itu. Mereka ingin kedua tokohnya selamat dari kecelakaan. Lama saya berpikir, membaca ulang beberapa kali lagi apa yang telah saya tulis. Timbul pertanyaan dalam benak, "haruskah kisah ini berlanjut? Bukankah sudah ending? Bukankah ini cerpen? Kalau diteruskan lantas bagaimana ide lanjutannya?", dan akhirnya saya melanjutkan cerita pendek itu. Hingga jadilah novel "MANEK'I" yang sedang Anda baca. Ya begitulah, Kawan, alam ide itu luas, tak terbatas. Kalimat pendek yang saya baca dari status Facebook senior itu sangat berkesan hingga menjadi narasi yang panjang. Jika Anda menemukan nama-nama tempat yang belum pernah Anda dengar kemudian lantas mempertanyakan di mana tempat itu berada? Maka saya sarankan Anda tidak perlu pusing memikirkan apalagi ingin mencari tahu alamatnya.
Bagaimana bisa berubah judul jadi Manek'i? Sebenarnya judul naskah ini adalah "Pengantin", sempat saya submit di platform kepenulisan dengan judul buku ialah Pengantin. Akan tetapi, setelah saya pikir-pikir lagi, sepertinya kurang cocok diberi judul Penangtin, terlalu mainstream, terlalu umum di telinga. Dikarenakan mengingat tingkah laku terakhir Tauke di akhir bab buku ini, saya pun memantapkan mengganti judulnya dengan, "Manek'i" yang saya ambil dari kosa-kata suku Alas daerah Kuta Cane Aceh Tenggara, yaitu daerah saya sendiri. Lebih menarik, lebih membuat penasaran tentang ingin tahu makna judul dan isi cerita.