Kamus Keluarga Gatotkaca

saachii
Chapter #1

Kamus Anak Perempuan

Meja berbentuk bulat, dari kejauhan terlihat kecil, begitu dilihat dari dekat; penuh dengan makanan. Tidak ada yang spesial, tidak ada hari yang sedang dirayakan. Ini berlebihan. Akan pergi ke mana semua makanan itu? Apa bisa habis? Ujung-ujungnya semua yang ada di dalam perut menjadi bom yang meledak. Aku telat. Mungkin 2 menit. Semua piring mereka kosong. Aku heran, apa ini cara yang benar? "Ada acara apa?" kataku.

Tidak ada yang menjawab, tetapi mata mereka yang berbicara. Tanpa benda tajam, tubuhku sudah tergores. "Maaf terlambat," Kaina menundukkan kepalanya. Bagi ayah, waktu adalah kejujuran. Kalau berani mengulur waktu, jika terjadi sesuatu, waktu tak akan memberimu ruang. Dari hal yang terkecil baik yang terjadi sekarang, esok, atau entah yang akan terjadi nanti; ayah selalu menyiapkan semuanya.

Setiap pagi sebelum melakukan aktivitas masing-masing, kami sarapan bersama dan harus di meja makan. Di waktu siang, kalau di antara kami tidak lengkap, tetap harus makan bersama di meja makan. Begitu juga dengan makan malam. Di hari libur, ada dua opsi di antara makan di luar seharian atau masak bersama di rumah. "Yah, kira-kira, boleh enggak, ya?" Agni menggenggam jemari ayahnya. Melanjutkan ucapannya dengan raut wajah penuh harapan. Agni juga melirik ke arah ibunya. Ayahnya langsung tahu. "Kalau kamu perlu sesuatu, jangan bawa orang lain ikut dalam urusanmu...," itu baru kata-kata, tapi sebenarnya, itu sebuah peringatan.

"Hari ini aku lembur, Yah. Mungkin pulang jam 11 malam," Agni menjelaskan. Gatot meletakkan sendok di atas piring, mengumpulkan piring-piring dan peralatan makan yang sudah terpakai, mencucinya dengan masih mengenakan kemeja yang ia setrika sendiri dengan rapi. Amira tak tahan melihatnya, "Mas, sayang bajunya. Biar aku...," Gatot tetap kekeh, tangannya yang cekatan sekaligus membersihkan dapur.

"Dek!” Agni menyelipkan uang berwarna merah di saku celana Kaina. Uang itu langsung dibuang. Aku tahu, seharusnya aku menolongnya, tapi memberiku uang dengan memasukannya ke dalam sakuku—dia menyogokku atau mengejekku? Ini bukan pertama kalinya. Semua juga ingin sesekali meluangkan makan malam selain bersama keluarga. Maksudku, katakan yang sebenarnya, jangan berbohong hanya karena ingin menghindar dari makan malam bersama keluarga.

Aku pernah tak sengaja bertemu dengannya, saat aku berangkat ke kampus karena ada jam kelas malam, dia makan bersama pacarnya pada saat itu. Rasa kepercayaanku padanya jadi berkurang. Aku gak takut! Kaina mengambil uang yang sudah ia buang, meletakkan di atas meja. Cepat-cepat Agni mengambilnya, ia langsung mengeluarkan suaranya yang melengking, "Pantas. Cuma namamu yang lain. Aku pernah dengar dari ibu dan ayah, kamu itu anak pungut!" ucap Agni puas.

Lihat selengkapnya