Kana

Halimah tusakdiah
Chapter #3

HINAAN PEMBANGKIT SEMANGAT-1 #3

Sudah 1 minggu keluarga kecil itu pulang larut menerjang malam. Ditemani suara jangkrik. Terkadang tergelincir dipembatang sawah yang sudah licin karna diselimuti embun. Namun tetap tak ada keluhan ataupun rasa ingin menyerah. Bayangan uang yang akan didapatkan hingga tak perlu berhutang ataupun meminta baik itu untuk keperluan sehari-hari ataupun untuk keperluan sekolah, membuat kaki-kaki ringkih dan wajah-wajah yang lelah itu tak dapan menghentikan langkah mereka.

Kini jagung-jagung yang siap dipetik sudah menggunung di dalam gubuk reot itu. Amak mulai merebusnya lima puluh biji. Nanti akan mereka jual di dua mushola tempat orang-orang melaksanakan sholat tarwih.

Setelah sholat isha Kana dan Kanta bertugas menjual jagung rebus di mushola tidak jauh dari gubuk. Mereka mulai menjajakan dagangan mereka yang disusun rapi didalam baskom plastik. Hari pertama jagung mereka lumayan laris. Saat ustadz selesai memberikan ceramah, dagangan Kana dan Kanta masing-masing tinggal lima biji. Artinya mereka sudah berhasil menjual masing-masing dua puluh biji. Kana dan Kanta lanjut dengan sholat tarwih berjema’ah. Di perjalan pulang mereka bertemu dengan ibu-ibu yang sedang berjalan pulang, mereka pun memborong habis dagangan Kana dan Kanta.

Kana dan kanta berjalan pulang dengan hati yang girang. saat mereka sampai dirumah, ibu dan ayah mereka belum sampai. Kana dan Kanta mengambil Al-Qur’an dan melaksanakan tadharus bersama.

Disisi lain Abak dan Amak melakukan hal yang sama dengan Kana dan Kanta. Jagung Amak dan Abak habis terjual, dengan hati gembira mereka melangkah pulang memabawa baskom plastik yang sudah kosong dan segenggam uang hasil penjualan jagung mereka.

Saat Abak dan Amak sampai dihalaman gubuk mereka yang gelap, terdengar suara merdu anak-anak mereka yang sedang membaca ayat suci Alqur’an. “Sungguh Allah sangat baik menghadiahkan mereka untuk kita uda.” Amak tertegun dan meneteskan air mata haru mendengar anak-anaknya membaca Al-qur’an. sementa sampai hari ini Amak belum bisa membaca ayat suci Al-Qur’an. Jika Amak bisa melakukan Sholat dan hafal ayat-ayat pendek, itu hanya karna hafalan yang dibacakan oleh Abak.

Abak tersenyum dan merangkul pundak istrinya. “Allah memang sudah baik pada kita. Sekarang giliran kita yang harus menjaga amanahNYA dengan baik.” Abak mengajak Amak masuk kedalam rumah.

Suara derak pintu kayu menghentikan lantunan ayat suci yang dibaca Kana dan Kanta. Serentak mereka menoleh ke arah pintu. Senyuman Abak dan Amak merekah dari balik pintu. Kana dan Kanta mengakhiri bacaannya dan mencium tangan orang tua mereka.

“Kenapa berhenti mengaji?” Amak mengerutkan keningnya.

“Sebenarnya kami sudah mulai mengantuk. Tapi kami tidak bisa tidur jika amak dan Abak belum pulang. Bagai mana dagangannya hari ini mak? Alhamdulillah dagangan kami sudah habis.” Kana menyerahkan uang hasil dagangan mereka kepada Amak.

“Alhamdulillah, dagangan kami juga habis. Sekarang istirahatlah. Besok biar Amak yang siapkan santapan sahur. Kana sudah bekerja sangat keras akhir-akhir ini.” Amak mengambil uang yang diserahkan anak gadisnya sambil tersenyum bangga.

Malam mulai menyebarkan udara dingin. Keluarga kecil itu bersembunyi dibalik selimut lusuh yang cukup ampuh menghangatkan tubuh mereka.

Hampir satu bulan hari-hari keluarga kecil itu disibukkan dengan aktifitas baru mereka, berjualan jagung rebus, kadang-kadang amak membuat jagung rebus manis yang biji jagung dilepas dari tunggulnya dan di bubuhi kelapa parut yang sudah dicampur gula dan garam sebelumnya.

Cara itu cukup membuat laris jagung mereka. Penghasilan mereka dari hasil penjualan jagung mereka sudah sampai diangka yang lumayan. Keluarga kecil itu bisa menabung untuk biaya pendidikan Kana dan Kanta.

Gema takbir sahut sahutan sejak subuh. Dengan penuh semangat Abak dan keluarga kecilnya melangkahkan kakinya ke Mesjid. dengan menggunakan pakaian bersih dan rapi yang mereka beli tahun lalu mereka melangkah dengan hati yang gembira.

Lihat selengkapnya