Ada pesanan satu buket bunga lili yang harus ia antar ke rumah sakit dekat pusat kota. Keluar dari persimpangan menuju jalur jalan raya, nampak berbagai jenis kendaraan mulai merayapi jejal di jalanan. "Halo, dengan Alisha Florist di sini. Ada yang bisa saya bantu ...?" sapanya menanggapi sebuah panggilan bernomor asing yang mendadak bergetar dari dalam sling bag birunya itu. "Perkiraan lima belas menit lagi saya tiba. Mohon maaf atas keterlambatannya."
Kanaya. Gadis yang sering dipanggil Naya berusia dua puluh lima tahun itu lalu segera mengayuh pedal sepedanya lebih cepat. Padahal masih pukul delapan pagi, kendaraan sudah nampak padat dengan sorot mentari yang hangat menusuk pori-pori kulit.
Lima belas menit mungkin tebakan yang salah. Naya mulai berpikir mencari cara agar cepat sampai tujuan dalam waktu yang ia ucapkan serapah itu. Kepuasan pelanggan adalah nomor satu–Batinnya. Gadis berambut hitam yang diikat cepolnya itu mulai menepi ke arah kiri keluar dari jalur jalan raya lalu membelok ke sebuah jalan kecil yang hanya cukup untuk satu arah kendaraan. Naya tahu jalan tikus dari daerah yang ia lewati saat ini.
Semakin Naya melajukan sepedanya lebih cepat, ia tak menyadari bahwa ada mobil yang membelok tepat ke arahnya dari arah yang berlawanan. Hampir saja mereka saling bertabrakan. Tetapi Naya berhasil menekan pedal rem sepedanya. Begitu juga dengan mobil sedan hitam di depannya. Sungguh, Naya terkejut setengah mati ....
Detik berikutnya, seseorang turun dari dalam mobil. Lelaki yang usianya dua tahun lebih tua darinya itu, perlahan berjalan mendekati Naya sambil memasang raut cemas menghiasi rahangnya yang tajam.