KANAYA

essa amalia khairina
Chapter #7

PAMIT

Tak memakan waktu banyak untuk tiba disebuah resto yang bernuansa etnik khas sunda. Dua porsi nasi liwet paket lengkap plus ayam bakar dengan teh manis hangat tersaji nikmat dan siap untuk mereka santap. 

"Selamat makan...!!" Seru Naya yang perutnya sudah keroncongan. 

Bagas tersenyum dengan gelengan dikepalanya. Tak lama, ponselnya bergetar ketika ia hendak meneguk teh manisnya. "Halo, Ma?" Sapanya kemudian menanggapi sambungan diluar sana. "Aku sedang makan di luar bersama Naya."

Naya tersedak ketika namanya disebut. Ia melambatkan ritme sendok dan garpunya yang menimbulkan suara khas mengenai piring. Berpura menikmati makannya, padahal telinganya sibuk menyimak apa yang tengah mereka bicarakan tentang dirinya. 

"Aku akan segera membawa Naya ke Mama. Untuk makan malam hari ini... Gapapa kan, kalau aku ajak Naya dulu? Iya, Ma aku janji. Iya." Bagas mengakhiri panggilan dan meletakkan benda tipis itu di atas meja. Ia kembali menatap Naya yang ada dihadapannya. "Bagaimana, Nay?"

"Ba-bagaimana apa?"

Bagas mendesis. "Setidaknya kamu tadi dengar kan, apa yang aku katakan kepada Ibuku?"

"Ti-Tidak!" Naya menolak keras. "Aku sedang sibuk makan."

Bagas menatap Naya lekat. Hal itu membuat degup jantung Naya berdebar ganda. Mata Bagas begitu tajam dengan tarikan senyum yang mempesona. Nyaris, membuat Naya rasanya begitu sulit bernapas. Tak berhenti sampai disitu, jemari Bagas menjeramba dan berhasil mendapati jemari rapuh Naya hingga membuat gadis itu tanpa sengaja terlepas dari garpunya. 

"Nay..." Bagas tertunduk. Ditepiskannya bayang mimpi yang masih menghantuinya sampai detik ini. "Aku tak ingin kehilangan kamu." Ucapnya ketika bola matanya kembali menatap gadis yang ternyata masih setia memgunci geraknya. "Apapun yang terjadi, kita harus saling menguatkan. Kita harus bersama, selamanya." 

Naya mengangguk. Binar bola matanya seolah menahan sesuatu yang berusaha ia bendung. Meski sejak tadi sampai sekarang sikap Bagas tiba-tiba aneh tak seperti biasanya, penuh rasa takut dan cemas yang tak bisa Naya mengerti. Tapi, mungkin itu adalah cara Bagas mengungkapkan rasa cintanya.  

"Aku ingin segera mengajakmu untuk bertemu dengan Ibuku." Lanjut Bagas. 

Seakan kehilangan kata, Naya hanya mengangguk mengiyakan. 

"Pertama, aku sudah katakan padamu bahwa aku jatuh cinta padamu sejak kali pertama kita bertemu. Kedua, sudah kukatakan juga padamu bahwa aku ingin membina sebuah hubungan yang serius. Terakhir... Aku ingin memilikimu seutuhnya, Nay." Tandas Bagas. "Rencanaku selanjutnya... Setelah kamu bertemu dengan Ibuku, maukah kamu menikah denganku?"

"Bagas..." Getir Naya.

"Apa kamu meragukan itu semua?" Tanya Bagas. 

"Bagaimana kamu yakin kalau aku adalah seseorang yang tepat untuk kamu dapatkan?" 

"Dalam cinta, kita tidak bisa menemukan seseorang yang sempurna. Justru Tuhan menciptakan manusia berpasangan, agar mereka saling menyempurnakan kekurangan mereka masing-masing." Jelas Bagas. "Dan aku yakin, kamu... Adalah seseorang yang selama ini Tuhan hadiahkan untuk melengkapi kekuranganku." 


Lihat selengkapnya