Acara pemakaman Bagaskara telah selesai. Orang-orang berpamitan dan memberikan salam duka kepada Ratna yang masih terpatung menemani seorang gadis yang masih menangisi kepergian anaknya itu.
Seolah mimpi yang membuat Naya ingin segera terbangun dari tidur panjangnya. setelah sekian bulan, hari-hari bersama Bagas begitu melenekkan. Hingga pada akhirnya, Naya berada di suatu titik kenyataan yang begitu menyakitkan dan sulit untuk ia terima...
Mengapa begitu cepat ia kehilangan seseorang yang baru saja hadir mewarnai kehidupannya dan mampu membuat kehidupannya itu berubah? Dosa apa yang telah dilakukannya sehingga takdir menghukumnya dengan membawa pergi jauh seseorang yang baru saja ia yakini untuk tetap bertahan bersamanya. Alisha membatin menatap getir Naya.
"Naya..." Ratna mengejutkan. "Boleh Tante bicara denganmu?"
Alisha yang sedari tadi berada disamping Naya, kemudian beranjak mengikuti gerak Naya. "Nay... Aku pamit pulang duluan, ya." Ucapnya memeluk Naya yang malang. "Kamu kuat, Nay. Hubungi aku kalau kamu sudah pulang nanti. Aku akan segera datang menemani kamu."
"Makasih ya, Al." Isak Naya melepaskan pelukan Alisha. "Aku janji sudah ini aku akan hubungi kamu."
"Jaga diri kamu baik-baik. Aku pamit."
Naya hanya mengangguk tanpa suara. Memancing, Alisha pamit kepada Ratna sebelum akhirnya ia pergi hingga menghilang dari pandangan.
"Tidak disini, Nak." Ucap Ratna lagi. Jemarinya menunjuk ke arah sebuah bangku yang berada disebuah taman kecil. "Kita duduk disana!"
Naya mengangguk. Sebelum memutuskan untuk pergi, Naya memandang getir bingkai foto Bagas yang menyandar pada pusaran tanah merah. Ya. Foto Bagaskara tengah tersenyum dengan sorot matanya yang tajam. Dalam sebingkai foto itu, Naya teringat kali pertama lelaki itu menampakkan senyum hangatnya yang lembut menyapa.
"Naya..." Ratna mengejutkan dengan lembut.
****
"Bagaskara adalah anak kesayangan Tante satu-satunya." Ucap Ratna memecah keheningan dan memulai perbincangan ketika mereka duduk bersampingan menghadap sebuah kolam kecil.
Naya masih bergeming. Pandangannya kosong menatap riak kecil yang sesekali muncul dari permukaan air kolam. Nyaris tak berkedip, Naya membiarkan air matanya terus mengalir membasahi kedua lesung pipinya.
Ratna kemudian menoleh menatap gadis itu dari samping. Ratna tersenyum berusaha tegar sambil memberikan sebuah kotak kecil kepada Naya ketika gadis itu berhasil menoleh.
"Apa ini?" Tanya Naya meraih kotak berwarna hitam dengan pita merah itu.
"Sepertinya Bagas lupa kalau ada sesuatu yang harus ia bawa ketika hendak menemuimu." Jelas Ratna. "Tante menemukan itu di kamarnya."
Naya mengangguk pelan.