Pagi-pagi sekali Naya sudah berada di Toko bersama Alisha yang kemarin malam menginap di kos-nya. Sebuah lonceng berbunyi, menandakan seseorang masuk ke dalam toko.
"Selamat datang di... Ada yang bisa saya ban–" Lidah Naya mendadak kelu. "Om Halim..."
"Kata Mbok Rahmi, kamu gak mampir ke rumah dulu?" Tanya Halim, seperti biasa, tanpa permisi ia terduduk disofa lebih dulu.
Naya menggeleng sambil mengaduk gula aren dalam secangkir kopi hangat yang segera dihidangkannya di atas meja. "Di minum, Om." Tambahnya. Naya mulai terduduk di sofa lainnya. "Naya malu dan belum terbiasa meski sudah lama mengantar bunga ke rumah Om."
"Ya sudah tidak apa-apa." Tanggap Halim menyeruput kopinya. "Kemungkinan, Bima akan segera pulang dari Amerika. Dan, minggu depan... Om undang kamu buat makan malam di rumah Om. Om ingin sekali ngenalin kamu dengan Bima, anak Om."
"Om, tapi Naya–"
Halim beranjak sembari membenarkan tuxedo kantor hitam yang dikenakannya. "Kalau begitu, Om pamit permisi. Terima kasih kopinya, Nay. Kamu pintar dalam melakukan hal apapun termasuk meracik kopi yang sangat lezat."
Naya tersenyum. "Terima kasih atas pujiannya, Om. Om... Tapi Naya..."