KANDANG BUBRAH

Snowflakemlet
Chapter #6

#6 Yang Dijaga Di Rumah Itu

“Ah, ternyata calon akangnya teh punya teman di sini?”  Ucap Kang Memed, security kompleks, yang tak sengaja bertemu Janu setelah Ia selesai makan di Warmindo tadi. 

“Betul Kang.” Balas Janu. Mereka berbincang di lapangan di mana mobil Janu terparkir.

“Main apa atuh malam-malam begini? Biasanya orang-orang sudah pada tidur ini kok masih main?” 

“I-Itu–”

“Main di rumah kosong itu kah….?” Janu sontak membeku. Ia menyadari ada yang aneh dari cara bicara Kang Memed yang terlihat seperti setengah menggeram, begitu berbeda dengan Kang Memed yang ia dan Dania temui siang tadi. 

“I-itu–agh!” Belum sempat Janu menjawab, tangan Kang Memed terjulur dan mencengkeram leher Janu. Tenaganya begitu kuat meski faktanya Janu berpostur lebih besar dari Kang Memed. Pria mungil itu bahkan bisa mencekik dengan satu tangan sambil perlahan mengangkat Janu yang disandarkan ke mobil hingga Janu tak lagi bisa merasakan kakinya menyentuh tanah. Wajahnya memerah karena Ia sulit bernafas.

“Jawab atuh Kang….Akang mengincar rumah itu kan?” 

Janu tak bisa menjawab. Ia merasa jika kematian sudah begitu dekat dengannya. Sontak, momen ketika roh ibu Arni memasuki raganya kembali berputar dalam memorinya. Marah. Kemarahan dengan energi yang sama dengan roh Ibu Arni kembali Ia rasakan dalam sosok Kang Memed yang raganya diambil alih oleh makhluk yang bahkan Ia tak tahu itu apa. 

Perbedaannya, jika Bu Arni marah karena ingin menuntut balas, makhluk ini marah karena Janu dan kawan-kawan mengusik tempat tinggalnya. “I-Itu bukan rumah–ugh–” Janu berusaha sekuat tenaga untuk bicara namun Ia sudah tak sanggup lagi, hingga–DUAKKK!! Janu merasakan tubuhnya menghantam tanah rerumputan lapangan. Serbuan udara bebas sontak bisa dirasakannya hingga Ia terbatuk-batuk dan lekas menghirup udara sebanyak-banyaknya. Samar-samar, Ia melihat sosok lain di seberangnya, membawa seperti batu di tangannya. “D-Dania?” Ucap Janu tertahan. Ia hendak menolong gadis itu yang kini harus berhadapan dengan Kang Memed yang tengah kerasukan. Namun mendadak kesadarannya hilang dan Ia pun ambruk tak sadarkan diri. 

“Oh?? M-Mas–” ucap Dania panik ketika Ia tak sengaja mendapati Janu pingsan di belakang sosok Kang Memed. Tangannya memegang batu, yang ia temukan di dekatnya. Hatinya terus melafalkan doa-doa apa pun yang Ia ingat sembari terus memanjatkan doa perlindungan. Kepalanya mengingat bahwa Ia hanya punya dan percaya pada Tuhan. Dania menolak berakhir sama seperti sang ayah dan Ia bersumpah akan mengakhiri siklus setan ini. 

“ITU RUMAHKU!” Seru Dania berseru sambil berjaga jarak dari sosok yang merasuki Kang Memed. Sosok itu berjalan layaknya gorilla. “KAMU YANG HARUSNYA PERGI DARI SANA!!!” Sambungnya. Tangannya gemetar menggenggam kettlebell di tangannya dan air mata perlahan mengembang di pelupuk matanya karena ketakutan. Namun meski begitu, Ia hanya memasrahkan semuanya pada Tuhan. Jika memang Ia harus mati, paling tidak Ia sudah melawan dan tidak mati dalam keadaan menyerahkan diri pada makhluk itu. 

Sosok Kang Memed melesat cepat seperti hendak menyerang Dana, hingga tak lama kemudian terdengar teriakan memanggil namanya. “DANIA!!” 

Dania tak sengaja melihat sosok Arjun muncul bersama Wira dan Hilman yang sudah sadar. Disaat bersamaan dengan kemunculan mereka, sosok Kang Memed tiba-tiba seperti terlempar dan jatuh telungkup tepat di hadapannya dalam keadaan tak sadarkan diri. Disaat bersamaan juga, Dania seperti merasakan hembusan angin dingin yang melesat cepat melewatinya selama sepersekian detik dan suasana mendadak kembali tenang. Dania menjatuhkan batu itu dan terduduk lemas di lapangan. “Kamu nggak apa-apa?” Ucap Arjun menghampiri gadis itu.

“Janu–” ucap Wira dan Dania menunjuk ke arah mobil dimana Janu pingsan di dekat sana. Wira dan Hilman lekas berlari ke arah yang dimaksud Dania untuk menolong Janu. 

“Ada apa sebenernya?” Ucapnya lemas.

Arjun menghela nafas melihat sosok Kang Memed yang tak sadarkan diri. “Ceritanya panjang, tapi kayaknya kamu baru aja berhadapan sama hantu pesugihan yang selama ini dirawat Ayah sama ibu tiri kamu. Mereka nggak suka kita masuk ke sana dan ngambil beberapa barang.”

Dania memejamkan mata dan tertunduk lesu sambil mengatur nafasnya. “Terus gimana bisa sosok itu keluar dari badan si security ini?” 

“Ini mungkin sulit dipercaya. Tapi salah satu dari kita punya khodam pelindung turun-temurun dari leluhurnya. Dia yang ngeluarin sosok itu dari badan bapak ini dan entah dibawa kemana,” ucap Arjun. Ia kemudian bangkit dan membantu Dania berdiri. Disaat bersamaan, Wira kembali pada mereka setelah memasukkan Janu ke dalam mobil. 

“Auwh, gimana ini?” Ucapnya ketika melihat sang security kompleks yang masih belum sadarkan diri. 

“Ada warmindo di situ. Kita bawa bapak ini ke sana. Bilang aja nggak sengaja nemu beliau pingsan nanti kita pikirin lagi gimananya untuk ke depannya,” ucap Arjun. Ia dan Wira pun membopong Kang Memed ke Warmindo yang sempat disambangi Janu sementara Dania menghampiri Hilman yang menunggui Janu di mobil. 

“Mas Janu nggak apa-apa kah?” 

“Masih belum sadar tapi biasanya semaleman. Mbak Dania ngapain ke sini? Bukannya kita udah minta supaya jangan ke sini?”

“Perasaanku nggak enak Mas. Gelisah terus.” Hilman kemudian menceritakan jika salah satu makhluk halus tadi ada yang menyamar sebagai dirinya. “Nyamar jadi aku???”

“Iya. Habis itu saya pingsan juga. Jadi saya nggak tahu gimana temen-temen saya handle itu.” Tak lama kemudian, Arjun dan Wira kembali. “Gimana?”

“Udah dibawa dan kebetulan ada dua rekan hansip yang mau patroli malam jadi mereka bawa security tadi pulang. Sekarang kita balik aja dulu. Kamu gimana ke sininya tadi?” Ucap Arjun.

“A-Aku pinjem mobil tanteku. Aku mau ikut kalian aja ke apartemen.”

Lihat selengkapnya