Malam harinya, Arjun, Wira, Hilman, Janu, dan Dania kembali ke rumah lama Dania. Memed tak lagi bisa menghalangi mereka karena masih direhabilitasi di rumah ruqyah. Mang Ujang dan Mang Didin menginfokan keluarga Memed tentang ritual pesugihan yang dilakukan Memed. Mereka membongkar ruangan itu dan menghancurkannya dengan didampingi warga sekitar.
“Gue beneran nggak bakal kenapa-napa kan ini ya?” ucap Janu gugup.
“Kita coba Nu. Kita cuma perlu temuin dimana ibu dan kakak Dania dikubur. Mang Ujang dan Didin udah siap buat bantu bawa jasadnya keluar nanti atau kita ramein aja nggak apa-apa…” ucap Hilman.
Mereka berlima pun memantapkan diri dan masuk ke dalam rumah yang dibukakan oleh Dania. Arjun masuk lebih dulu lalu berhenti ketika Ia melihat sosok Adam seolah sudah menunggunya sejak tadi. “Ada apaan?” tanya Hilman bingung tapi Arjun tak menjawabnya.
“Sudah ketemu Mang Effendi? Apa dia sehat?”
“Eum, kita udah denger semuanya.”
“A-Apa Adam ada di sini??” ucap Hilman dan disambut anggukan dari Arjun.
“Syukurlah. Aku tahu tujuan kalian ke sini. Akan kutunjukkan tempatnya,” Arjun pun berjalan mengikuti sosok Adam. Mereka melewati pintu masuk rumah.
“Eh? kita nggak ke dalem?” ucap Janu.
“Ikut aja udah!” balas Arjun. Mereka kemudian memasuki sisi kiri rumah dan melewati area ruang makan yang bisa dilihat dari luar.
“Oh?? IBU! A’DANI!” Arjun, Hilman, Janu, dan Wira berhenti karena Dania tiba-tiba berhenti. Gadis itu menempel pada kaca luar di mana di dalam sana, Ia bisa melihat sosok sang Ibu dan kakaknya. Meski Hilman, Janu, dan Wira, tak bisa melihat apapun di sana. Ruqyah kemarin sepertinya membuka sebagian penglihatan Dania. Ia hendak nekat berlari masuk ke rumah namun Janu, yang berjalan di belakangnya, refleks menghadangnya. “Kamu mau kemana?!”
“Itu ibu–”
“Ibu kamu–”
“ITU IBUKU!! MING–” ucap Dania histeris.
“IBU DAN KAKAK KAMU UDAH PERGI!” seru Janu refleks meninggikan suaranya karena frustasi. Ucapan pria itu menimbulkan nuansa getir karena pria itu juga sudah kehilangan sosok sang Ibu yang pergi karena sakit. Mendengar teriakan Janu, Dania pun menangis tersedu-sedu.