Tiga hari berlalu semenjak kejadian itu. Arjun, Hilman, Wira, dan Janu mengatur bawaan mereka pada mobil box yang mereka bawa turut serta bersama mobil pribadi Janu. Mereka akan kembali ke Jakarta sementara Dania menetap di Bandung bersama tantenya. Mereka kemarin baru saja mengadakan pengajian guna mendoakan ibu dan kakak Dania.
“Mas!”
Keempat pria itu menoleh. Dania turun dari mobil tantenya dan berlari lalu refleks mendaratkan pelukannya pada Janu hingga pria itu terkejut. “Ooohh…ada yang berkembang tapi bukan bunga!” ledek Hilman dan disambut tawa oleh Arjun serta siulan iseng dari Wira.
Dania refleks melepaskan pelukannya malu-malu. “Ah, m-maaf…ini, dari aku dan Tante,” ucap Dania menyerahkan sebuah tote bag besar pada Janu. “Itu buat Mas Janu, Mas Arjun, Mas Wira, dan Mas Hilman. Uang yang udah kita sepakati udah aku transfer ke rekening kalian.”
“Terus kamu?”
“Aku masih punya simpanan gaji dari kerjaanku kemarin. Nggak sebanyak harta Ayah tapi cukup. Aku akan tinggal sama Tante dan kita akan jalanin usaha katering Tante, TANPA PESUGIHAN,” ucap Dania menekankan. Gadis itu terlihat lebih ceria sekarang.
“Semua harta Ayah udah terpakai untuk pembangunan balai di kompleks. Aku berencana dan udah minta izin untuk buka perpustakaan kecil di sana untuk anak-anak nanti.” ujar gadis itu bangga.
“Syukurlah…” balas Janu tersenyum tipis. “Makasih ya,untuk ini.”