Kandang Monyet

Arif Billah
Chapter #9

#9

Ceritanya kurang lebih begini. Sebagai orang yang tertata, Aku mengajukan libur dua hari dengan alasan konkrit yang kubuat-buat sendiri agar dikabulkan. Alasanku kenapa harus libur adalah untuk observasi lapangan dalam keperluan penunjang data realisme tulisan naskah teater yang akan kususun bersama senior alumni kampus. Aku percaya betul pasti request off tersebut akan terkabul. Agent yang lain pun dari hari ke hari melakukan penataan penjadwalan. Dan saat jadwal kami muncul malah Aku yang kena sial. Di hari pertama pada tanggal untuk outing Aku mendapat jatah S2 dan di hari selanjutnya baru dapat off. Berengsek.

Bisa-bisanya orang dengan alasan konkrit untuk melakukan observasi lapangan kala berlibur (walau cuma alasan) bisa kalah dengan mereka yang menulis ‘akan outing bersama tim’. Padalah aku mengira kalau alasannya seperti itu kantor akan menolak keras-keras. Apa karena agar kantor tak diprotes banyak orang ketika mereka menolak ajuan libur untuk outing. Cukup masuk akal sebenarnya, bayangkan saja jika kantor pun menolak ajuan libur orang-orang yang ingin outing itu. Bisa dibakar habis sepertinya ini kantor karena kekangannya. Tau begitu aku tak akan mengada-ada perihal alasan kenapa aku harus mengatur jadwal libur dua hari berturut-turut. Dan perlu digarisbawahi bahwa hal ini adalah request jadwal libur, bukan cuti. Bangsat.

Aku pun mengecek jadwal agent lain yang akan ikut outing karena masih kesal sendiri dengan perkiraanku itu. Mereka ada yang dapat dua hari off, ada yang satu hari P1 dan off, atau yang kurang mujur dapat P1 dan S2. Berarti yang paling sial adalah Aku. Aku sudah memberikan uangku untuk patungan menyewa lahan camping, membeli bahan makan, dan lain-lain. Masa Aku tidak jadi ikut outing? Rugi besar. Memangnya aku yayasan, memberikan bahan makan, tempat camping, dan dana tambahan secara cuma-cuma. Mau bagaimana pun acara harus tetap aku ikuti. Biar mereka menaruh respect tinggi. Effort.

Fuad berkata jika pulangku terlalu malam di shift S2 dan tak dapat menyusul maka uangku akan dikembalikan. Tak seperti perkiraanku yang menganggap uangku tetap dipakai dan aku hangus tak menerima sisa. Wregas juga menyetujui jika Aku batal ikut maka pembayaran dariku tak perlu. Sebagai gengsi aku berkata kalau hal itu juga tak perlu, tentang pengembalian uang. Karena, menyusul ke camping ground di Kaliurang dari tengah kota dan berangkat pada pukul 00.00 atau lebih sedikit bukan masalah sama sekali bagiku. Banyak yang tak setuju karena katanya Jogja sedang bahaya, entah klitih, entah rampok, atau persertruan antar massa. Ada pula yang bilang jalan malam itu gelap –padahal ada lampu, minimal lampu motorku. Ada lagi yang khawatir kalau terjadi apa-apa di jalan –emang akan terjadi apa? perjalanan kan juga sebuah kejadian. Bahkan ada yang khawatir kalau nanti Aku bisa masuk angin karena berkendara malam-malam di hawa dingin. Sialan, apa itu artinya mereka semua setuju kalau Aku tak usah ikut saja?

Kataku “Tidak.” Aku pasti akan menyusul ke sana dan sampai dengan selamat. Selama ini, kalau ada yang mendapatkan shift S2 dapat dipastikan bahwa orang itu tak akan menyusul untuk outing. Karena alasan utamanya sudah jelas dan pasti ‘Dia terlalu kelelahan dari bekerja seharian dan energinya akan habis di jalan.’ Kalau aku tidak, monyet.

Hari H outing sudah tiba. Saat itu Aku sudah melihat beberapa agent di halaman kantor memasukan peralatan camping yang mereka bawa dari rumah ke kantor untuk diangkut ke mobil katana Wregas yang menyusul ke kantor juga. Titik kumpul sebelum keberangkatan disepakati di depan kantor. Orang yang libur pun harus ke kantor dulu dong kalau begitu cara mereka. Kenapa tidak dilakukan pada tempat seorang yang titik lokasi rumahnya atau kos atau kontrakannya berada di tengah atau paling dekat dengan Jalan Kaliurang agar tidak sungkan dengan pegawai lain. Bayangkan, tidak kerja tapi tetap ke kantor untuk siap-siap outing. Sistem angkut dan transit barang mereka juga terlihat kacau karena urutannya begitu aneh. Kenapa para agent dengan jadwal P1 membawa barangnya dari pagi untuk ditaruh di kantor? Mungkin mereka pikir agar efisien saat dari kantor mereka bisa langsung ke camping ground tanpa harus pulang ke rumah, kos, atau kontrakan dulu. Tapi itu aneh, nyet.

Aku menghampiri mereka yang sedang ribet menata barang bawaan dan barang keperluan bersama. Si Kru jelas paling repot di situ. Nama Kru bukan asal-asalan diberikan karena Dia ingin menjadi kru bajak laut One Piece atau nakama yang berarti kru juga. Kru adalah harfiah dari kru, kru angkut yang selalu mengangkuti barang untuk outing dan menjadi penjaga barang-barang outing di mobil katana Wregas. Saat menumpang dia disuruh untuk berada di bagian mobil paling belakang. Pada belakang mobil itu, Kru harus menjaga barang yang ditata dengan memeganginya selama perjalanan agar tak ada benda apa pun berjatuhan akibat goncangan jalan atau medan berkelok tak karuan. Karena dia selalu mau berada pada posisi tidak mengenakkan itu maka Wregas pun memanggilnya dengan sebutan Kru.

Lihat selengkapnya