Kalau dibilang soal kinerja, Mas Affandi memang juaranya. Tapi kalau soal productifity, Nurani adalah ratunya. Paling gila, Dia bisa menyelesaikan 224 chat dalam satu hari. Fast hand. Jemarinya seperti rintik di bulan november yang menggempur tanah hingga mengurakan aroma hujan.
Sejauh yang aku ketahui tenure Nurani sama dengan Fuad, Wregas, Agus, Sang Jendral, dan Ayah. Mereka sebelumnya ada pada outsourcing lain yang menangani project pinjaman online sama seperti kantor mereka sekarang ini. Namun outsourcing mereka telah sunset atau mengalami kerugian dalam menjalankan operasi perusahaan dan project agent live chat beserta kroni-kroninya yang aktif dipindahkan ke outsourcing baru yaitu kantor yang sekarang ini. Ah, Trainer itu juga sebelumnya bersama mereka. Dionysius memang seangkatan dengan batch mereka sebagai agent pondasi di perusahaan ini, tapi asal outsourcing-nya berbeda dari yang lain saat kutanya lebih jauh ke Wregas sambil melangkah berjalan menuju kantor sehabis makan itu.
Terlalu banyak masalah terjadi hari ini. Aku ingin segera pulang dan mandi. Memasak makanan sisa, makan, membaca lanjutan Catatan Bawah Tanah hingga tertidur pulas, bangun pagi, lalu mandi lagi. Empat jam lagi shift-ku selesai. Aku tak ingin ada hal lain yang dapat membuat hariku semakin penat. Bulan ini pun Aku belum sempat menyisihkan sedikit gaji untuk pijat. Kacaunya pikiran bisa saja dijernihkan dengan cara Aku membaca atau menonton film atau mendengar celoteh penderitaan orang lain. Tapi, lelah badan dan pegal di tengkuk tak bisa hilang hanya dengan ditempel koyo. Pijat. Solusinya cuma pijat. Sebetul-betulnya pijat yang dilakoni ahlinya memijat. Sebenar-benarnya pijat untuk menghilangkan pegal di badan. Bukan pijat bohong-bohongan.