Sampai di kamar, Luna segera menaruh kembali tasnya di lemari. Lepas kostum kondangan, dan membersihkan wajah karena riasan. Selanjutnya ke kamar mandi untuk cuci muka. Terlihat keadaan rumah sudah sepi. Papa dan Mama sudah tidur, sementara Gilang, adiknya sedang persami acara SMA.
Luna memastikan pintu rumah dan jendela sudah terkunci. Kembali ke kamar, merebahkan badan dengan pikiran tak karuan. Melihat langit-langit kamar, tapi tak menemukan apapun yang dia cari. Mau tidur pun belum bisa, habisnya masih kepikiran ucapan Niko tadi. Luna sama sekali tak menduga, setelah sekian lama tak bertemu, masih saja bahas perasaan akan masa lalu. Namun, sekarang Luna tak khawatir saat dekat dengan Niko, karena imannya sudah kuat.
Empat Tahun yang lalu.....
Luna dan Niko sedang menunggu Bunda Dahlia, Bunda Niko. Mereka semua memang berencana merayakan ulang tahun Niko. Termasuk perayaan untuk Niko karena diterima di Unair. Mereka menunggu di rumah makan daerah Ketintang. Memilih di situ karena dekat dengan tempat kerja Ayahnya yang jadi dosen di Unesa. Sementara Luna saat itu sedang mengurus administrasi di Uinsa, jadi ketemu langsung di lokasi.
Niko sudah booking tempat terlebih dahulu. Memesan makanan sesuai dengan favorit mereka semua. Tak menunggu lama, terlihat Ayah dan Bunda sudah sampai. Mereka makan dengan harmonis, bercerita seputar keluarga, karier dan lingkungan kampus.
Luna tak begitu canggung karena Niko sering mengajaknya bertemu dengan kedua orang tuanya. Bisa dikatakan sudah saling mengenal. Niko sudah menyukai Luna semenjak SMP, tapi Luna sama sekali tidak tau. Sebenarnya sering sih kalau untuk komunikasi, tapi Luna sama sekali tidak paham kalau Niko ada maksud tersembunyi. Entah Luna yang kurang peka atau bagaimana.
Hingga pas SMA keduanya bertemu di acara reuni. Sejak saat itu Niko mengutarakan perasaannya pada Luna, dan mengaku kalau ada rasa sama Luna sejak SMP.
"Aku ke toilet dulu," ucap Niko sambil mengusap-usap perutnya. Sudah jadi kebiasaannya kalau terlalu kenyang pasti rindu toilet.
Sementara Ayah izin ke area smoking, mau nyebat dulu katanya.
"Lun, ada yang mau Bunda omongin ke Luna," ucap Bunda. Terdengar agak menekan.
"Iya Bund," Luna menaruh ponsel dan fokus sama Bunda.
"Bunda makasih banyak ya Lun sama kamu, Niko banyak berubah karena kamu. Bahkan bisa diterima di Unair juga salah satunya ya support kamu," ucap Bunda memegang tangan Luna dengan hangat.
"Iya Bund, sama-sama," balas Luna. Kok jadi mellow gini sih.
"Tapi Luna pasti paham, Niko anak Bunda satu-satunya. Kami, terutama Bunda, nggak mau kehilangan Niko sepenuhnya," jelas Bunda.
"Luna nggak ada maksud rebut Niko Bunda," balas Luna.
"Iya paham sayang, Bunda makasih banget sama Luna. Tapi kalian nggak mungkin bisa bersama kan? Luna tega membuat Niko pindah kepercayaan?" jelas Bunda.
Duh, ini yang Luna takutkan, dulu Luna berpikir pacaran sama beda agama, belum tentu jodoh. Yaudah terima Niko saja, toh Niko baik. Bukan berarti Luna tidak cinta Niko, selama pacaran ya mereka saling mencintai.
"Mungkin Luna agak kaget mendengar penuturan Bunda kali ini," Bunda berkata lagi.
"Bunda nggak akan minta Luna buat ninggalin Allah, begitu juga Niko nggak akan Bunda izinkan buat ninggalin Yesus. Luna udahan ya sama Niko, Bunda mohon Nak," ucap Bunda langsung memeluk Luna.
Luna menangis dalam pelukan Bunda. Seharusnya Luna sudah harus siap dengan situasi seperti ini. Bagaimana pun juga tembok antara Niko dan Luna sangat tinggi. Andai Luna sedang menjalani adegan di sinetron, mungkin Bunda sekarang sudah memakinya. Berkata kasar, bahkan membungkam Luna dengan segepok uang supaya mau putus dengan Niko. Tapi situasi saat ini sangatlah nyata, Bunda orang yang begitu bijaksana yang pernah Luna temui.
"Bunda mohon ya Lun," ucap Bunda mengusap kepala Luna yang terbungkus hijab pashmina.
"Luna bagaimana bisa melakukan ini Bund, Luna cinta sama Niko," ucap Luna sesak.
"Bunda yakin, kelak Luna pasti menemukan suami yang seiman, sayang sama Luna melebihi sayangnya Niko," jelas Bunda lagi.
Luna mengaamiinkan dalam hati. Bagaimana juga, doa Bunda siapa tau bisa terijabah.
"Luna anak baik, sejak kenal Luna, Niko jadi rajin ke gereja tiap minggu, Bunda tak akan lupa dengan Luna. Tapi sekarang kalian sudah sama-sama dewasa, udah semakin pintar, kalau tidak segera kalian akhiri, Bunda khawatir bakal merasakan sakit untuk ke depannya," jelas Bunda.