Istirahat jam kerja kantor terlihat sepi, anak-anak lebih memilih makan di pujasera. Kalau tidak begitu ya memilih HokBen yang tinggal jalan kaki saja. Enaknya kerja di kota itu mau ke mana saja mudah. Cari makanan beragam, tidak perlu antre panjang. Minuman kekinian pun mudah sekali ditemukan.
Luna sendiri lebih memilih go food circle K, beli apalagi kalau bukan kebab sosis jumbo. Kesukaan banget itu. Kalau untuk siang hari, Luna jarang makan siang, sebagai gantinya ya lebih memilih cemilan berat. Mas Farzan kali ini yang dititipi Luna, salah sendiri pergi ke waralaba bilang-bilang. Yaudah sekalian nitip, karena turun ke lantai bawah penuh perjuangan.
"Eh, nanti malem ke Surabaya North Quee yukk sama anak-anak kantor," Desi yang lagi jadi cem-cem an Mas Farhan mengajak Luna.
"Kamu sama Mas Farzan ada rencana ke sana?" tanya Luna, sesekali menggigit kebab yang dipesannya.
"Hehee," Desi cuma tertawa karena malu.
"Ati-ati Des, gak dipulangin kamu nanti," ucap Luna yang dapat pelototan dari Mas Farzan.
"Makanya kamu ikutan Lun," ajak Desi.
"Ogah," Luna beneran kapok harus ikut dua anak ini. Pernah pas dulu bilangnya rame-rame, eh malah cuma mereka berdua. Luna yang terlanjur sampai di tempat yaudah sekalian aja nemenin mereka nonton. Desi beralasan ke orang tuanya kalau pergi sama Luna. Heran, usia udah seperempat abad masih backstreet.
"Lihat kapal feri Lun, mumpung sandar di Surabaya," Desi mencoba berkata lagi.
Luna masih saja kekeuh dengan pendiriannya untuk tidak ikut. Ada rasa sedikit berharap kalau Bima yang mengajak. Mungkin mereka bisa double date. Ingin rasanya Luna chat duluan, tapi jelas gengsi.
*
Malam minggu cuma berbaring di atas kasur. Scrol sosial media yang isinya membosankan. Buka instagram yang isinya penuh dengan kapal sandar. Luna soalnya pengikut setia akun sosial media di pusat kota.
Kalau hatinya sedang tidak enak gini rasanya badmood. Buka aplikasi WhatsApp pun isinya random. Status Desi dan Mas Farhan yang sudah berada di SNQ. Luna mengintip story Bima, benar saja kalau dia juga lagi di sana. Berfoto bersama beberapa temannya. Mungkin teman seangkatannya juga ada yang kerja di sana. Mumpung sandar ya bisa buat ketemu.
Ngapain Luna mikirin teman-teman Bima?
Biasanya chat dari Bima sudah menghiasi layar ponselnya setiap saat. Tapi sejak siang tadi Luna sama sekali tak mendapat chat dari Bima. Mau chat duluan ya tetap saja dia gengsi. Baru malam ini dia lihat story Bima, mungkin lagi sibuk aja sih.
Luna lebih memilih tidur, menjauhkan ponsel dari tubuhnya. Daripada bolak-balik berharap mendapat chat dari Bima. Sakit tau rasanya menunggu yang tidak pasti itu. Tapi kalau menuntut kepastian ya Luna berhak atas apa?
Tak bisa dibendung, air mata Luna menetes. Membayangkan kalau Bima mungkin bersama gadis yang saat wisuda datang. Mungkin Luna salah satunya gadis yang dia seleksi. Mungkin Bima tak menganggap lebih kedekatannya selama ini. Luna bimbang kenapa hatinya serapuh ini, tidak tau sebab pastinya apa, pokok ingin menangis.
*
Sekitar pukul 1 dini hari, Luna terbangun karena ingin buang air kecil. Setelahnya dia melihat layar ponselnya, terdapat tumpukan chat dari Bima. Selain itu ada panggilan masuk juga. Kalau dilihat sih 4 chat dan 2 panggilan.
20.09
Smp Bima: Lun lg ap?
21.15
Smp Bima: Udh tidur?