Kanksa

Tika Lestari
Chapter #9

Semacam Ibid

"Heee, fokusss, fokusss," Mas Farzan membuyarkan kantuk Luna.

Luna misuh-misuh ke Mas Farzan, langsung mendapat pelototan Leo. Pasalnya mata tinggal sekian watt, enak-enak tidur sambil menopang dagu malah dikagetin. Luna melirik jam di sudut layar laptopnya. Sudah mau pukul 11 siang, pantesan berasa kantuk berat. Luna coba minum segelas air putih, menggerak-gerakkan tangan dan kepalanya supaya tidak ngantuk lagi.

Begini nih kalau naskah masuk sepi, Luna jadi kerja lambat. Kalau kerjanya cepat, nanti dia banyak nganggur dikemudian hari. Lagian naskah masuk juga tak tentu, jadi selagi masih belum overload ya santai saja. Yang penting sudah paham ritme dan alur kerja.

Sebenarnya Mas Farzan tidak betul-betul marah, dia tau kalau timnya bisa mengatur waktu. Hanya saja sekarang Pak Bos sedang di kantor, jadi harus benar-benar fokus bekerja.

"Makanya, jangan begadang mulu," cerocos Mar Farzan.

"Ngantuk banget lo Mas," Luna masih saja pembelaan.

"Ya lihat-lihat dulu, ada Pak Bos tuh di ruangannya, diciduk CCTV baru tau rasa," Mas Farzan masih saja bawel.

Bagi Luna, mending tidur gini lah ketimbang sok-sok an menghadap layar laptop supaya dianggap kerja. Buktinya di grup khusus karyawan lagi rame bahas promoan kober mie setan + dimsum, alih-alih fokus kerja.

"Luna," suara Mbak Silvi ketika ruang meeting pintunya terbuka.

"Iya Mbak," sahut Luna.

"Dipanggil Pak Bos ikut meeting," Mbak Silvi melanjutkan.

Deg, Luna khawatir, masa karena dia ngantuk barusan? Mas Farzan terlihat penasaran, Luna hanya mengangkat bahu pertanda tak tahu. Sambil membawa buku catatan dan pulpen, Luna segera datang ikut gabung di ruang meeting. Sesampai di ruang meeting, terlihat Pak Bos, Mbak Silvi selaku HRD, dan anak-anak dari divisi jurnal. Luna segera duduk di dekat Bella, manajer jurnal.

"Divisi buku overload apa tidak?" tanya Pak Bos.

"Tidak Pak, masih belum ada naskah baru yang masuk," jawab Luna.

"Ini ada dosen yang nerbitin jurnal, nah mau nerbitin buku juga, nanti naskahnya biar dikirim email sama Mbak Bella," jelas Pak Bos, "langsung dikerjakan ya Mbak Luna," lanjut Pak Bos.

"Oh iya Pak, bisa bisa," jawab Luna patuh.

"Ya sudah, silakan Mbak Luna lanjutkan perkejaanya, ucap Pak Bos lagi."

Hufft, Luna lega karena bukan hal buruk, dikiranya dia bakal ditegur karena mengantuk. Ternyata ada naskah baru masuk. Bukan hal biasa sebenarnya kalau ada klien datang melalui Pak Bos. Pasalnya Pak Bos open minded, jadi para klien tak perlu hubungi marketing di awal masuknya naskah. Kalau sudah dikerjakan, baru ke marketing buat follow up. Harusnya kan lewat marketing dulu, tapi namanya juga pakai jalur orang dalam, ya bebas dong.

Sesampai di meja, Luna menjelaskan ke Mas Farzan kalau ada naskah baru masuk. Mas Farzan yang saat itu sedang periksa arsip naskah pun hanya mengangguk.

Luna segera membuka email untuk melihat naskah yang akan dia edit.

From: jurnalpustaka@gmail.com

To: sastrapustaka@gmail.com

Subject: Naskah Disertasi (Dibukukan)

Lihat selengkapnya