Kanksa

Tika Lestari
Chapter #10

Perkenalan Berencana

Hawa ruang meeting berasa panas dingin untuk Luna rasakan. Apalagi ketika Pak Andi sudah masuk ke ruang meeting. Pagi tadi Pak Bos memberi kabar Luna kalau ikut rapat sama anak jurnal. Karena Pak Andi sekalian bahas buku yang mau terbit ke sastra pustaka. Sebenarnya Luna sering sekali mendengar nama Pak Andi disebut anak jurnal. Mulai dari naskah ditolak di Scopus, kemudian disubmite ke DOAJ atau Sinta. Cuma Luna sama sekali tak menduga kalau Pak Andi yang dimaksud Ayah Niko.

"Pak Andi kayaknya lihatin kamu terus dari tadi," senggol Bella.

Mas Farzan yang mendengar, kemudian paham obrolan mereka malah tersenyum penuh arti. Luna tak bisa berkutik kalau Mas Farzan yang kasih tau. Luna terus saja bersikap seperti baru kenal Pak Andi. Ketika Pak Andi mengutarakan pendapat mengenai jurnal yang dipilih. Pak Andi merupakan salah satu klien yang sering mengirim jurnal ke jurnal pustaka. Beliau cerdas, jurnal yang memuat karya beliau kalau tidak di Scopus ya Sinta.

Luna semakin sadar kalau dia memang tidak akan berjodoh dengan Niko, habisnya dia keburu minder. Niko tak mau mengikut jejak Ayahnya untuk jadi pengajar ya karena malas berpikir terus. Luna paham sekali kalau jadi tenaga pendidik harus update keilmuan. Terbit buku dan jurnal untuk bisa menaikkan jabatan akademik. Mana mungkin dosen hanya jadi dosen saja, pasti ingin sekali jadi wakil dekan, guru besar bahkan rektor. Dan itu harus ditunjang dengan keilmuan yang mumpuni. Dan Niko sama sekali bukan tipe pekerja demikian, dia lebih senang langsung praktek.

Kalau Niko saat ini jadi karyawan di perusahaan dan bagian laboratorium, siapa yang tau kalau suatu saat Niko jadi bos skincare.

Setelah pemaparan mengenai jurnal, Pak Andi juga menanyakan perihal buku. Luna sama sekali tidak grogi, dia sudah menyiapkan harus berbicara seperti apa. Luna bersikap sangat profesional, selain dia tidak ingin reputasi penerbit buruk, gengsi dong kalau terlihat memalukan depan mantan calon mertua.

Luna memberikan arahan untuk judul naskah, kemudian memberikan informasi kalau ada tulisan yang harus di skip. Pak Andi pun menyimak arahan Luna. Bagaimana pun jabatan tinggi klien, naskah yang sudah masuk meja editor tetap jadi kuasa editor saat mengerjakan. Apalagi kalau naskah konversi, tapi tetap saja akan ada proofread sebelum masuk ke layout.

Setelah meeting selesai, Pak Andi menyapa Luna, Luna tak heran sebenarnya. Pak Andi orang bersahaja, beliau tidak akan berpura-pura tidak kenal. Kalau diforum tadi memang profesional kerja. Buktinya pas rapat selesai dan anak jurnal sudah kembali ke meja masing-masing, Pak Andi mengobrol ringan dengan Luna di ruang meeting. Toh 15 menit lagi jam istirahat, jadi sekalian saja bahas buku.

"Saya nggak nyangka Lun kalau naskah saya kamu edit," ucap Pak Andi, "jadi tidak canggung kalau misal follow up."

Saya yang canggung Yah, Luna membatin.

"Anak jurnal sering diskusi perihal naskah Bapak, saya nggak nyangka kalau Pak Andi," Luna berbicara jujur.

Pak Andi tersenyum simpul.

Keduanya melanjutkan perbincangan, Luna sama sekali tidak menyangka kalau bertemu dengan Pak Andi di tempat kerja. Bella kemarin bilang kalau Pak Andi orangnya perfect, jadi harus hati-hati kalau mau mengerjakan naskahnya. Luna cukup merespon biasa saja, tanpa dikasih tau pun Luna lebih dulu tau. Tapi biar tidak menyakiti, ya Luna iyain aja.

"Mau makan bareng Lun? Saya habis ini sekalian jemput Bunda di RS Mata," tawar Pak Andi.

"Maaf Pak, Luna makan bareng teman-teman saja," tolak Luna halus.

Pak Andi pun menghormati keputusan Luna, kemudian berpamitan untuk melanjutkan aktivitasnya. Biar kata hanya basa-basi, tapi Luna paham kalau maksud Pak Andi itu baik, supaya Luna tidak grogi. Kalau saja tembok besar tak begitu tinggi, mungkin mereka bisa jadi keluarga. Tapi nyatanya, mereka tak mungkin jadi keluarga. Luna berpikir macam-macam tapi dia tau kalau ada hati yang dijaga.

"Mbak Luna, tolong prioritas naskah Pak Andi ya, orangnya sudah bayar lunas buku, tidak jadi bareng jurnal," ucap Pak Bos menghampiri Luna.

"Baik Pak," Luna menjawab singkat.

*

Lihat selengkapnya