Kanksa

Tika Lestari
Chapter #11

Ragu atau Mau?

Konon kalau sedang jatuh cinta, akal pikiran suka bercanda. Namanya dimabuk asmara kalah sehari tak bertemu ya membuat resah. Kalau ada fitur video call rasanya tidak membantu sama sekali. Bilangnya rindu, begitu video call dikira menemukan obat, justru kerinduan semakin parah. Obatnya ya ketemu.

"Nggak konsen kenapa sih?" tanya Mas Farzan.

Luna dari tadi scrol-scrol terus mousenya. Mas Farzan yang udah kayak cenayang ya paham saja apa yang Luna lakukan. Alih-alih menjawab pertanyaan Mas Farzan, Luna malah membekap wajahnya.

Ucapan Bima tempo hari membuat Luna kepikiran.

"Aku sebentar lagi bakal layar Lun, kamu di sini harus setia ya sama aku," ucap Bima.

"Berapa lama sih Bim biasanya?" tanya Luna.

"Ya nggak tentu, kamu doakan saja ya semua lancar, bawa pulang uang banyak," jelas Bima.

"Ini pertama kali aku layar pas udah punya pacar lo Lun."

"Lah dulu layar nggak punya pacar?" tanya Luna.

"Kalau aku bilang enggak, kamu nggak bakal percaya sih," Bima menjelaskan.

Mana mungkin Luna percaya, orang seperti Bima mana mungkin baru sekarang pacaran.

"Kalau begitu segera aku ganti aja deh statusnya, pertama kali layar pas sudah punya tunangan," ucapan Bima membuat Luna shock.

Harusnya Luna senang karena hubungan mereka ada kejelasan. Tapi entah kenapa Luna merasa terlalu cepat.

"Bima bilang mau lekas melamar aku Mas," Luna membuka suara.

"Nah bagus dong, itu artinya dia serius Lun sama kamu," jelas Mas Farzan.

"Iya sih, cuma aku ngerasa kok terlalu cepat," Luna menjelaskan. Dia perlu tau sudut pandang pria.

"Kalau aku jadi Bima, aku ya bakal segera ke jenjang berikutnya Lun, rumah udah punya, duit pasti udah banyak, secara kan orang tuanya udah kaya, nunggu apalagi?" Mas Farzan menjelaskan, "apalagi orang tua kalian sudah saling setuju lah ibaratnya."

Luna sih rencana memberi tahu kedua orang tuanya pas sama Bima. Luna takut kalau izin ke orang tuanya, meskipun keluarga mereka kompak. Tapi untuk ke jenjang selanjutnya gini kan baru pertama kali buat Luna.

"Bima juga tanggung jawab sih kalau aku lihat, kamu nunggu apalagi memangnya? Mau balikan sama anak Pak Andi?" Mas Farzan usil.

Luna yang mendengar respon itu ya jelas agak terbawa perasaan. Apa iya dia ragu dengan Bima karena masih ada rasa sama Niko?

*

Di rumah Luna sekarang Bima mengutarakan keinginan Abah dan Umik untuk melamar Luna. Mama bilang ya tidak apa-apa disegeran. Sementara Papa bilang ya terserah Luna dan Bima yang menjalani.

"Umik bilang tanggal 5 bulan depan rencananya mau melamar Luna Pa, Ma," Bima menjelaskan.

Sekarang tanggal 25, artinya 10 hari lagi waktu lamarannya.

"Loh, kok mendadak gini sih Bim, 10 hari itu cepet banget sih," Luna tak membayangkan betapa rempongnya dia. Bima saja belum membeli seserahan. Luna belum pesan baju.

"Habis itu aku layar Lun, Umik bilang tanggal itu bagus," Bima menjelaskan.

"Ini yang mau nikah kamu apa Umik sih Bim," cerocos Luna.

Bima mematung.

"Luna, bicaramu kok gitu," suara Mama naik satu oktaf.

Lihat selengkapnya