Kanksa

Tika Lestari
Chapter #18

Sudah Sah

Temu manten dimulai habis duhur. Luna memilih konsep adat Sunda, kalau pakai adat Jawa berarti ada paes Ageng. Luna tidak mau ada paes Ageng, ribet katanya. Kalau adat Sunda kan cukup pakai siger saja, Luna juga memilih pakai hijab saja. Sejak pagi sudah riweuh seputar riasan. Kembar Mayang pria dan wanita harus didandani. Terima tamu sebanyak 4 orang pun turut di dandani. Tak lupa 2 pendamping kecil juga didandani. Luna ingin dayang-dayangnya itu lengkap. Lagi pula pendamping kecil mengingatkan Luna dulu. Sejak kecil suka didandani jadi pendamping kecil, riasan sengaja tak dihapus sampai esok sekolah. Kalau diingat sekarang sih malu, tapi dulu udah keren dijamannya.

Sementara di rumah Bima, perasaan haru terasa. Bima diiringi saudara dan keluarga besar baik dari pihak Umik atau Abah. Ada beberapa tetangga juga yang turut serta. Mereka rata-rata berpikir, anaknya menikah, tapi orang tuanya terbaring di rumah sakit. Siapa yang ingin coba? Tidak ada yang ingin, begitu juga Bima.

Sesampai di rumah Luna, upacara pernikahan segera dilaksanakan. Dipandu adicoro dalam bahasa Jawa kromo Inggil dan periasnya, Bima dan Luna begitu khidmat menjalani. Pertama-tama, Luna didampingi Papa dan Mama untuk bertemu Bima di pagelora. Luna dan Bima saling melempar daun sirih yang sudah dilipat rapi.

Bima kemudian menginjak 1 telur kampung yang sudah disiapkan dengan bunga 7 rupa. Luna kemudian membasuh kaki Bima. Selanjutnya Luna mengitari bima sebanyak 7 kali. Papa dan Mama menyambut Luna dan Bima dengan memberi minuman air putih, katanya sebagai sambutan bahwa siap menerima Bima. Setelah itu Papa di depan, Luna dan Bima berjalan di belakang Papa, Mama di belakangnya sambil memegang punggung Luna dan Bima. Tidak ketinggalan menggunakan kain warna merah untuk merangkul Luna dan Bima yang berjalan menuju kursi pengantin.

Di kursi pengantin juga dilaksanakan prosesi sungkeman orang tua. Bima diwakili oleh Budhe Hani dan Pakde Tono, sebagai pengganti Umik dan Abah untuk sungkem. Sebenarnya memang ini yang menjadi harapan keluarga Luna, sesama Besan jangan bertemu dulu sampai 40 hari. Tapi ya tidak begini juga sampai harus menerima kenyataan kalau Umik di rumah sakit.

Jangan harap ada resepsi pedang pora, Luna malu kalau harus memvalidasi diri sendiri. Tak peduli omongan orang yang mengatakan kalau pelayaran juga perlu pedang pora. Bagi Luna buang-buang uang, mending buat beli Antam. Ditambah lagi, profesi Bima juga tidak sedang layar. Jadi tidak perlu memaksa untuk terlihat keren. Kalau misal Bima masih layar, mungkin bisa dipertimbangkan untuk mengadakan prosesi pedang pora.

Ada Jawa tak kalah keren, sesampai di dekor pun masih ada proses lain. Bima memberi Luna kantong yang berisi beras kuning dan uang sebagai tanda bahwa suami siap menafkahi istri. Kemudian suap-suapan tumpeng mini sebagai lambang keharmonisan. Perihal minuman pun, Luna request degan hijau bukan air putih. Alhasil Devan harus mencarikan.

Di samping kanan dan kiri dekor, ada balon yang nanti untuk disebarkan ke udara. Tapi sayang sekali balon tersebut banyak diminta pengiring untuk anak atau cucunya. Luna speechless, hatinya membatin, ini wedding dream harusnya. Tinggal 3 biji balon tidak ada yang mengambil karena terkena terpaan hujan sehingga tidak bisa tegak.

"Mbakk, tengok sini mbakk," ucap fotografer yang mencoba membujuk Luna.

Luna masih speechless karena balon yang dia siapkan 20 biji tidak ada yang terbang ke langit.

"Senyum Mbak, apa yang kita rencanakan itu belum tentu terlaksana, jadi santai saja," fotografer masih membujuknya.

Balon 3 biji yang tersisa akhirnya dimanfaatkan untuk membuat moment. Kembar Mayang dan terima tamu yang belum berganti pakaian pun berjajar untuk berfoto. Sedikit mengobati hati Luna yang kecewa, Bima berusaha menenangkan. Khawatir kalau hal ini mempengaruhi keadaan hati Luna sampai malam nanti.

Tak lupa, Luna juga Videocall Umik dan Abah saat di atas pelaminan. Umik yang melihat Luna dirias, Bima juga dirias, tak bisa membendung air mata.

"YaAllah, anakku nikah, tapi aku nggak dampingi," kata Umik.

"Bima sudah besar Umik, jadi tidak apa-apa kalau tak didampingi, yang penting Umik sembuh segera ya," sahut Bima.

Lihat selengkapnya