Kanksa

Tika Lestari
Chapter #19

Istri Orang

Keesokan harinya, Luna dan Bima segera menuju rumah sakit untuk menjenguk Umik. Tapi sebelum itu, dia ke rumah Bima untuk menaruh beberapa pakaian. Luna tidak perlu repot-repot membersihkan rumah karena sudah ada yang biasa bantu Umik buat membersihkan. Umik masih belum boleh keluar rumah sakit meskipun keadaannya sudah jauh lebih baik. Mau tidak mau ya harus mengikuti prosedur rumah sakit.

"Langsung tidur di rumah ya, biar tidak suwung," Umik memberi pernyataan demikian supaya Luna mulai beradaptasi.

"Umik lekas sehat ya, jangan mikir aneh-aneh dulu," jelas Luna.

"Maaf ya, umik jadi tidak bisa hadir."

"Tidak apa Umik, jangan terlalu dipikir ya, biar keadaan Umik stabil."

"Kalau untuk unduh mantu, bulan Rajab ya Lun, Jumadil awal dan Jumadil akhir Umik tidak mau ada pesta," Umik masih menjelaskan perihal bulan Jawa, padahal Luna tidak mengerti, jadi cukup membahas dengan respon biasa saja.

"Kalau Mama dan Papa bilang, tidak perlu unduh mantu juga tidak apa-apa Umik," jelas Luna, "Pokok yang terpenting Umik sehat segera."

"Nggak bisa Luna, Umik sudah siapkan wayang di rumah, pokok Umik kasih pesta meriah buat acara kamu dan Bima," jelas Umik.

"Ya sudah, manut Umik saja."

Luna akhirnya mengalah, biarlah Umik dengan rentetan rencana. Daripada Luna cegah, nanti gula darah umik jadi naik. Tapi Umik tidak akan menarik ucapan sih. Ya sudah lah, toh uang ya uang Umik sendiri. Para tetangga bilang kalau Umik itu bantalan duit, jadi biar saja. Luna sih bilangnya enak dong kalau aku jadi mantunya.

Hmmm, kalau di suruh milih mau bersandar di pohon Turi atau pohon jati? Ya kalau dikasihnya pohon jati, kenapa mesti ditolak?

*

"Sayang, bangun, aku mau berangkat kerja ini," Bima membangunkan Luna yang masih tepar karena peperangan penuh gairah semalam.

Luna masih menggumam tak jelas, tangannya menarik selimut untuk menutupi badannya yang polosan. Aroma parfum Bima sudah tercium sih sebenernya, tapi Luna malas bangun saja.

Sudah sebulan ini Luna dan Bima jadi sepasang suami istri. Tinggal di rumah Umik seperti perjanjian awal dulu. Bagi Luna, tinggal di rumah mertua tidak terlalu horor. Luna masih bisa bangun sesuka hatinya. Makan tinggal makan, kemudian berangkat kerja.

Mungkin yang beda itu jumlah berapa kali dia keramas. Pengantin baru yang lagi hangat-hangatnya kalau orang bilang. Bahkan pernah pas libur kerja, Luna sampai keramasan dulu sebelum memulai sholat. Bangun tidur, sebelum sholat subuh keramas. Habis subuh bergulat lagi, mau dhuhur keramas dulu, mau ashar keramas dulu, habis isya bergulat lagi.

Eh apanih, kok di situ, haduh enak banget ini, lah kok tambah dalam, duh apasih. Luna menggerutu tak jelas, kok jadi enak di bawah sana.

Bima tak kehabisan akal untuk membangunkan Luna. Tangannya maju mundur di antara kedua paha Luna. Hanya dengan ini Luna tak bisa melanjutkan tidur.

"Sayang, bangun dong, aku udah mau berangkat kerja nih," Bima lagi-lagi bersuara.

Lihat selengkapnya