Kanksa

Tika Lestari
Chapter #22

Kesekian Kali

Kapan hari pendampingan jurnal berjalan lancar. Selain mendapat tiket pesawat gratis, Luna juga mendapat fasilitas hotel bintang lima. Benar yang Bima bilang, bahwa mensyukuri hidup itu lebih penting. Meskipun pernikahan mereka sudah berusia satu tahun, namun belum ada tanda-tanda kehamilan Luna. Karena kalau fokus dengan cibiran orang dan gelisah akan nasib, pasti hidup jadi tambah kacau.

Selama pendampingan, Luna kerap berdiskusi juga dengan beberapa dosen yang bekerja di Poltekpel Banten . Bertanya perihal kapal, dosen Poltekpel dan lain sebagainya. Luna yang sering kirim informasi ke Bima pun berasa lagi ngasih Bima materi perkuliahan.

Luna lebih mensyukuri arti hidup sebenarnya, bahwa yang jadi keinginan kita belum tentu jadi yang terbaik juga. Daripada merenungi diri, malah jadi kacau nanti. Luna semakin kebal dengan pertanyaan orang yang sama sekali tak berfaedah. Dia cukup membalas dengan singkat saja. Lagian tak perlu juga sebenarnya dibahas. Tapi kalau Luna bersikap terlalu ketus, nanti Umik ditegur karena punya menantu jahat.

Untuk Mama, tiap Luna datang berkunjung, pertanyaan selalu sama.

"Kok masih mens,"

"Kok belum hamil,"

Ya kali Luna tau jawaban itu, meskipun dia paham kalau Mama nyablak sedari dulu. Ketika disinggung seputar momongan, Luna jadi terbawa perasaan dong. Lagi-lagi Bima yang menenangkan drama istri dan mertuanya itu.

Luna kadang berpikir, kenapa sih yang belum nikah malah mudah hamil dulu. Sementara yang sah malah dikasih lama gini. Padahal kan udah nikah secara sah. Tapi lagi-lagi Bima menepis pemikiran istrinya itu. Bima bilang kalau hamil di luar nikah itu bukan rezeki, tapi cobaan. Karena dia sudah melanggar moral. Ya meskipun dijaman sekarang, orang lebih bangga dengan yang hamil di luar nikah. Sementara yang sudah lama menikah tapi tak kunjung punya anak malah dianggap aib.

Kesakitan apa yang tidak pernah Luna rasakan?

Sewaktu lebaran, tiap bertemu orang baru selalu ditanya kapan hamil. Kadang lebih parahnya lagi pas ngobrol sama Bima.

"Istri kamu kok belum hamil-hamil sih Bim," tanya salah satu kerabat ketika berkumpul.

"Saya yang belum bisa hamilin dia Tante," Bima selalu membalas dengan ucapan itu.

Luna ingat, Bima paham benar kalau mental seorang istri itu harus dijaga. Sering kali masyarakat tanya kepada istri kapan hamil. Jarang dan hampir tidak ada yang tanya ke suami perihal kapan berhasil menghamili istrinya.

Sudah jelas-jelas kebanyakan yang bermasalah itu suami. Selagi istri rutin tiap bulan menstruasi, maka dia masih memiliki rahim. Seesimpel itu harusnya kan?

"Aku capek kalau ditanya orang kapan hamil kapan hamil?" jelas Luna.

Bima yang saat itu sedang makan, jadi menyelesaikan makanannya dengan cepat. Tanpa menunggu lama, langsung memeluk Luna.

"Aku minta maaf ya, aku yang belum bisa hamilin kamu," Bima menyandarkan dagunya pas pundak Luna.

Lihat selengkapnya