Kanksa

Tika Lestari
Chapter #24

Almamater

"Sayang, aku belum kunjung mens nih," Luna pagi-pagi sudah cek kalender bulanan.

Jadi tiap bulan tuh dia selalu coretin tanggalan jika sedang menstruasi. Tapi udah mau bulan September, Agustus masih belum ada coretan.

"Bagus dong, siapa tau lagi isi," Bima menyahuti santai.

Tangannya memasang gesper di celana. Kemudian menyisir rambutnya yang basah dengan tangan. Pemandangan pagi hari yang selalu membuat Luna histeris akan kegantengan suaminya itu.

Bima menghampiri Luna, menciumi kedua pipi istrinya.

"Bau, aku belum gosok gigi," Luna spontan menutup mulutnya sendiri ketika Bima hendak mencercap bibirnya itu. Bima hanya tertawa sambil mencium kening istrinya.

"Aku berangkat dulu ya sayang," ucap Bima.

Luna mengekori Bima menuju garasi, mengeluarkan sepeda motor NMAX. Hari-hari Bima saat pergi kerja memang lebih suka mengendarai sepeda motor. Kalau macet bisa menyelinap, tau sendiri perbatasan Sidoarjo dan Surabaya Selatan macetnya bagaimana kalau pagi.

"Eh bentar," ucap Bima menghampiri Luna lagi.

Tangan Bima mengelus perut Luna yang terbungkus dari balik daster lilac.

"Romo berangkat dulu ya Nak," ucap Bima kemudian mengecup perut Luna.

Luna bergidik ngeri melihat tingkah Bima. Bima memang pernah bilang kalau punya anak, dia mau dipanggil Romo. Luna kaget sih, kok Bima terapkan saat ini. Padahal belum tentu Luna hamil kan? Bisa jadi cuma telat menstruasi. Tapi apapun itu, Luna bersyukur misal dia hamil saat ini.

*

Luna segera berangkat menuju poltekpel Surabaya ketika bos sudah bertitah. Mas Farzan menginfokan kalau pihak poltek mau menerbitkan buku dalam jumlah banyak. Akhir tahun memang sudah jadi langganan beberapa instansi untuk menerbitkan buku. Entah karena dana dari pemerintah atau apa. Jelasnya pihak penerbit suka aja kalau dikasih orderan banyak gini.

Luna dan Mas Farzan memesan grab car untuk bisa sampai di daerah Gunung Anyar. Melewati kampus Uinsa yang baru dibangun di sana. Desainnya lebih bagus daripada kampus yang di jalan A. Yani.

Memang bener sih kata orang, almamater itu kayak mantan. Terlihat cakep saat kita meninggalkan.

Siang tak seberapa macet, dari Graha Pos menuju poltekpel Surabaya cukup memakan waktu 35 menit saja. Usai turun dari kendaraan, Luna dan Mas Farzan langsung menuju customer service. Memberi tahu kalau sudah janjian dengan pihak perpustakaan.

Kebetulan ada mahasiswa yang lewat, jadi customer service meminta tolong mahasiswa untuk mengantarkan Luna dan Mas Farzan ke gedung perpustakaan.

Luna dan Mas Farzan segera mengikuti langkah kaki mahasiswa itu. Beberapa kali menjumpai mahasiswa lain, mereka saling memberi hormat. Mungkin sudah jadi tradisi kampus mereka.

Kampusnya sangat luas kalau Luna lihat. Bahkan melewati beberapa gedung yang membuat kakinya capek. Ada juga asrama untuk perwira yang sedang melangsungkan studi.

Lihat selengkapnya