Kanvas Hati

Penulis N
Chapter #2

Bab 1

Sienna menghela napas panjang saat dia memandang kanvas kosong di studionya. Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, dia merasa terjebak dalam kebuntuan kreatif. Warna-warna cerah yang biasanya mengisi pikirannya kini sirna, digantikan oleh bayang-bayang keraguan. Dia adalah seorang pelukis muda dengan impian besar, tetapi kenyataan hidup sering kali membuatnya merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton. Setiap hari, dia menghabiskan waktu di studio kecilnya, berusaha menemukan inspirasi di antara tumpukan cat dan kuas, tetapi setiap goresan terasa hampa.

Sienna adalah gadis berusia dua puluh tiga tahun dengan rambut panjang berwarna chestnut yang selalu diikat rapi. Matanya berkilau dengan semangat ketika dia berbicara tentang seni, tetapi hari ini, matanya tampak suram. Dia mengenakan kaos putih lusuh dan celana jeans yang sudah pudar, seolah-olah penampilannya mencerminkan perasaannya yang terjebak dalam kebuntuan.

“Kenapa aku tidak bisa menemukan ide?” gumamnya pada diri sendiri. Dia berusaha keras untuk tidak menyerah, tetapi setiap kali dia mencoba melukis, semua yang dia dapat hanyalah kekosongan. Karya-karya sebelumnya selalu penuh warna dan emosi, tetapi sekarang kanvas itu hanya menantangnya dengan diam.

Setelah berjam-jam berjuang tanpa hasil, Sienna memutuskan untuk keluar dari studionya dan mencari udara segar. Mungkin berjalan-jalan di taman bisa membantunya menemukan kembali semangatnya. Dia mengenakan jaket denim kesayangannya dan melangkah keluar, membiarkan angin sejuk menyapu wajahnya.

Taman kota dipenuhi dengan suara tawa anak-anak yang bermain dan orang-orang yang sedang bersantai di bangku. Sienna menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang, sambil menikmati pemandangan sekitar. Namun, pikirannya masih terfokus pada kanvas kosong yang menantinya di rumah.

Saat dia mendekati area di mana seniman jalanan berkumpul, suara riuh menarik perhatiannya. Dia melihat sekelompok orang berkumpul di depan dinding tua yang telah disulap menjadi karya seni yang menakjubkan. Di tengah kerumunan, seorang pemuda dengan rambut hitam legam dan tatapan tajam menarik perhatiannya. Kairo, namanya—seorang seniman jalanan yang dikenal karena gaya melukisnya yang unik dan berani.

Kairo melukis dengan semangat yang menggebu-gebu, seolah-olah setiap goresan kuasnya menghidupkan dinding tersebut. Sienna merasa terpesona oleh cara Kairo mengekspresikan dirinya—bebas dan tanpa batasan. Setiap warna yang dia gunakan tampak memiliki cerita tersendiri; setiap bentuk seolah-olah berbicara kepada siapa saja yang melihatnya.

Tanpa sadar, Sienna mendekat dan mengamati karya Kairo dengan penuh kekaguman. Dia tidak hanya melihat warna-warna yang indah; dia merasakan emosi yang mendalam di balik setiap lukisan. Di situlah, di tengah hiruk-pikuk kota, dua jiwa yang terpisah oleh dunia yang berbeda bertemu untuk pertama kalinya.

Kairo menyadari kehadiran Sienna dan menoleh ke arahnya. Senyumnya yang lebar membuat jantung Sienna berdegup kencang. “Hei! Kamu mau ikut melukis?” tanyanya dengan nada ceria.

Sienna merasa sedikit terkejut oleh tawaran mendadak itu. “Aku… tidak tahu,” jawabnya ragu-ragu. “Aku bukan seniman jalanan.”

Lihat selengkapnya