Kanvas Hati

Penulis N
Chapter #3

bab 2

Hari-hari setelah pertemuan mereka di taman berlalu dengan cepat, dan Sienna merasakan semangat baru mengalir dalam hidupnya. Setiap pagi, dia bangun dengan rasa antusiasme yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia kembali ke studionya dengan energi yang menyala-nyala, berusaha menerjemahkan perasaannya ke dalam lukisan. Kanvas kosong yang sebelumnya menakutkan kini tampak seperti peluang tak terbatas.

Sienna mulai melukis dengan lebih bebas, menggabungkan warna-warna cerah dan bentuk-bentuk abstrak yang mencerminkan perjalanan emosionalnya. Dia teringat saat-saat melukis bersama Kairo—senyumnya, semangatnya, dan cara dia mendorong Sienna untuk menemukan suaranya sendiri. Setiap goresan kuasnya kini dipenuhi dengan harapan dan kebebasan.

Namun, di balik semangat itu, Sienna juga merasa cemas. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama di taman, dia tidak tahu banyak tentang Kairo. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh pemuda itu—sebuah misteri yang membuatnya semakin penasaran.

Suatu sore, setelah menyelesaikan lukisan terbarunya, Sienna memutuskan untuk kembali ke taman tempat mereka bertemu. Dia berharap bisa menemukan Kairo di sana dan berbagi karyanya dengannya. Dengan semangat berapi-api, dia mengenakan gaun kasual berwarna pastel dan berangkat menuju taman.

Ketika tiba di sana, suasana terasa lebih hidup dari sebelumnya. Seniman jalanan lainnya berkumpul, melukis mural-mural baru di dinding-dinding sekitar. Namun, Sienna tidak melihat sosok Kairo di antara mereka. Dia merasa sedikit kecewa tetapi tetap berharap untuk bertemu dengannya.

Sienna berjalan-jalan di sekitar taman sambil menikmati karya seni yang dipajang. Dia berhenti sejenak untuk mengamati mural besar yang menggambarkan pemandangan alam yang indah—gunung-gunung menjulang tinggi dan sungai berkelok-kelok yang mengalir di antara pepohonan hijau. Karya itu memancarkan ketenangan dan keindahan, membuatnya terpesona.

Saat sedang asyik mengamati lukisan tersebut, tiba-tiba seorang wanita tua mendekatinya. Wanita itu mengenakan gaun sederhana dan membawa keranjang kecil berisi cat warna-warni.

“Anak muda,” katanya dengan suara lembut, “apakah kamu seorang pelukis?”

Sienna tersenyum malu. “Ya, saya suka melukis.”

Wanita itu mengangguk dengan penuh pengertian. “Seni adalah bahasa jiwa,” ujarnya sambil menatap mural tersebut. “Setiap goresan kuas mencerminkan apa yang ada di dalam hati kita.”

“Benar sekali,” jawab Sienna sambil memikirkan kata-kata wanita itu. “Saya baru saja menemukan kembali cinta saya pada seni.”

“Bagus! Teruslah melukis,” wanita itu berkata sambil tersenyum lebar. “Jangan biarkan keraguan menghentikanmu.”

Sienna merasa terinspirasi oleh pertemuan singkat itu. Wanita tua itu seolah memberikan dorongan yang dibutuhkannya untuk terus berkarya.

Setelah berbincang sebentar, Sienna melanjutkan pencariannya untuk Kairo. Dia berjalan ke sudut taman yang lebih sepi, berharap bisa menemukan pemuda itu sedang melukis atau bersantai. Namun, harapannya pupus ketika dia tidak melihat sosok Kairo di mana pun.

Lihat selengkapnya