Malam itu, setelah acara seni di taman berakhir, Sienna dan Kairo berjalan pulang bersama. Suasana malam yang tenang dan bintang-bintang yang bersinar di langit memberi mereka kesempatan untuk berbicara lebih intim. Sienna merasakan kebahagiaan yang mengalir dalam dirinya setiap kali dia berada di dekat Kairo. Ada sesuatu tentang pemuda itu yang membuatnya merasa hidup dan bersemangat.
“Jadi, apa rencanamu selanjutnya?” tanya Kairo sambil melangkah di sampingnya. “Apakah kamu sudah memikirkan proyek baru?”
Sienna tersenyum. “Aku ingin melukis sesuatu yang lebih pribadi, mungkin tentang perjalanan hidupku sendiri,” jawabnya. “Aku merasa terinspirasi setelah bertemu denganmu.”
Kairo menatapnya dengan serius. “Itu ide yang bagus. Seni seharusnya mencerminkan siapa kita dan apa yang kita rasakan,” ujarnya. “Apa pun yang kamu lukis, pastikan itu datang dari hati.”
Sienna mengangguk, merasakan semangat baru membara dalam dirinya. Namun, di saat bersamaan, dia juga merasakan keraguan. Dia ingin melukis tentang perasaannya terhadap Kairo, tetapi dia khawatir akan mengungkapkan terlalu banyak.
Ketika mereka tiba di persimpangan jalan, Kairo berhenti sejenak dan menatap Sienna dengan tatapan serius. “Sienna,” katanya pelan, “aku ingin kamu tahu bahwa aku menghargai semua yang telah kamu lakukan untukku. Kamu telah membantuku menemukan kembali semangatku dalam seni.”
“Tidak perlu berterima kasih,” balas Sienna sambil tersenyum. “Aku juga belajar banyak darimu.”
Kairo mengangguk, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Sienna merasa cemas. Dia bisa merasakan ada hal lain yang ingin diungkapkan Kairo, tetapi pemuda itu tampak ragu.
“Apakah ada sesuatu yang ingin kamu katakan?” tanya Sienna lembut.
Kairo menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Aku… aku hanya ingin memastikan bahwa kita saling memahami satu sama lain,” ujarnya dengan nada serius. “Ada banyak hal dalam hidupku yang mungkin sulit untuk dipahami.”
Sienna merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia tahu bahwa Kairo menyimpan rahasia—sesuatu dari masa lalunya yang mungkin akan mempengaruhi hubungan mereka ke depan. “Aku ingin mendengarnya jika kamu siap untuk berbagi,” katanya tulus.
Kairo terdiam sejenak, tampak berpikir keras. “Mungkin suatu hari nanti,” jawabnya akhirnya. “Tapi untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati momen ini bersamamu.”