Setelah malam pameran yang penuh emosi, Sienna dan Kairo merasa terinspirasi untuk melanjutkan perjalanan seni mereka. Namun, di balik semangat itu, Kairo masih berjuang dengan bayangan masa lalunya yang terus membayangi pikirannya. Sienna menyadari bahwa meskipun mereka telah berbagi banyak hal, ada bagian dari diri Kairo yang masih tertutup dan sulit untuk dijangkau.
Beberapa hari setelah pameran, Sienna memutuskan untuk mengajak Kairo ke sebuah workshop seni di kota. Workshop ini dipimpin oleh seorang seniman terkenal yang dikenal karena metode inovatifnya dalam melukis. “Aku pikir ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk kita berdua,” kata Sienna saat mereka duduk di kafe kecil sambil menikmati kopi. “Kita bisa belajar teknik baru dan mungkin menemukan inspirasi lebih lanjut.”
Kairo menatapnya sejenak sebelum mengangguk. “Itu ide yang bagus,” ujarnya pelan. “Aku selalu ingin belajar lebih banyak tentang seni.”
Hari workshop tiba, dan keduanya sangat antusias. Saat mereka memasuki studio tempat workshop diadakan, suasana terasa hidup dengan energi kreatif. Seniman terkenal itu, seorang wanita berambut pirang dengan senyum hangat, menyambut mereka dengan antusiasme.
“Selamat datang! Saya sangat senang melihat kalian di sini,” katanya. “Hari ini kita akan mengeksplorasi teknik melukis yang berbeda dan bagaimana cara mengekspresikan emosi melalui warna.”
Sienna merasa bersemangat mendengar penjelasan itu. Dia tahu bahwa workshop ini bisa menjadi pengalaman berharga bagi mereka berdua. Mereka mulai dengan latihan dasar, mencoba berbagai teknik dan warna untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Selama sesi pertama, Sienna merasakan aliran kreativitas mengalir kembali dalam dirinya. Dia mulai melukis dengan penuh semangat, menggambarkan warna-warna cerah dan bentuk-bentuk abstrak yang mencerminkan kebahagiaan dan harapan.
Namun, ketika dia melihat ke arah Kairo, dia melihat pemuda itu tampak lebih pendiam dari biasanya. Dia hanya melukis dengan hati-hati, seolah-olah masih terjebak dalam pikirannya sendiri. Sienna merasa khawatir dan ingin membantunya menemukan kembali semangatnya.
Setelah sesi pertama selesai, Sienna mendekati Kairo saat mereka beristirahat. “Kau baik-baik saja? Aku melihat kau tidak begitu terlibat,” tanyanya lembut.
Kairo menghela napas panjang. “Aku hanya… merasa sedikit cemas,” jawabnya pelan. “Kadang-kadang aku merasa tidak cukup baik dibandingkan dengan orang lain di sini.”