KANVAS KOSONG

syafetri syam
Chapter #3

Sakit yang Mengungkap

Di kamarnya yang sedikit sempit, Jured sedang fokus pada apa yang sedang dikerjakannya. Tangannya meliuk-liuk dengan lentur di atas selembar kertas. Sebuah lampu meja meneranginya. Di sampingnya ada setumpuk kertas yang telah berisi hasil goresan pensilnya. Dia sedang berusaha mengikuti semua yang diminta oleh Sarah, membuat berbagai karakter tokoh-tokoh untuk cerita yang akan mereka buat. 

Tiba-tiba perutnya terasa sakit. Lalu rasa sakit itu seolah naik ke dada, menimbulkan nyeri yang tak tertahankan, seperti tertusuk, lebih-lebih saat dia sedang bernafas.

“Ada apa, ini?” rintihnya sambil memegangi dada. 

Jured berjalan ke luar. Tak seorang pun ada di ruang tengah. Rumah itu memang selalu sepi. Ibunya, sejak ditinggal pergi ayahnya dengan wanita lain, hampir selalu mengurung diri di kamar. Begitu pun Sarah. Sementara Al, hanya pulang sesekali, sesuka hatinya kapan dia merasa perlu. Yudi dan Ilham apa lagi, hampir tak pernah menginjakkan kakinya di rumah ini. Mereka lebih suka tinggal di tempat kos. Yang ada di pikiran Jured hanya satu, ibunya! Tanpa pikir panjang dia berjalan ke kamar ibu dan mengetuk pintu.

“Ya?” Terdengar jawaban dari dalam.

Jured langsung membuka pintu dan ikut berbaring di dekat ibunya.

“Dadaku,” katanya dengan masih memegangi dadanya, “sakit sekali, Bu!”

“Sakit kenapa?”

“Engga tahu. Tiba-tiba saja, seperti tertusuk.” Jured masih terus memegang dadanya. 

“Aduh, bagaimana ini. Coba tanya kakakmu Sarah. Kepala ibu juga lagi sakit.”

“Tapi aku sudah tak tahan.” Jured menelungkup, berharap bila dadanya terimpit bisa mengurangi rasa sakit. Melihat reaksi Jured, ibunya langsung berteriak memanggil Sarah.

“Saaar ... Sarah!”

Sarah yang sedang memegang ponsel sedikit kaget dan menjawab balik teriakan ibunya. 

“Iya, Buuu ....”

Karena ibunya diam saja, Sarah menyusul ke kamar dan mendapati Jured ada di sana. 

“Kenapa, Red? Kamu sakit?”

Jured membalikkan badan. Sarah melihat bibirnya telah pucat sedangkan tangannya masih terus memegangi dada.

“Bawa adikmu ke klinik di depan.” 

“Iya, Bu.” Sarah bergegas mengganti pakaiannya, dan membantu Jured dengan memapahnya.

“Tidak usah, Kak. Aku masih bisa jalan, kok.” 

Lihat selengkapnya