KANVAS KOSONG

syafetri syam
Chapter #15

Pulang

Jured sedang berada di depan televisi saat Sarah keluar dari kamarnya. Wajahnya terlihat tenang sambil mengelus kucing yang ada di pangkuannya. Perempuan itu merasa, ini adalah kesempatan baginya untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya tempo hari. Sehingga dia memberanikan diri mendekatinya.

“Red, maafin kakak, ya,” mohon Sarah. Tapi Jured diam saja, pura-pura tidak mendengar. Setelah beberapa kali memanggil akhirnya Jured menjawab.

“Hmm ....” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

“Red, kakak sungguh-sungguh, Red. Kamu jangan begitu, dong!”

“Lalu Kakak maunya aku harus bagaimana?” tanya Jured, ketus.

“Berarti, kamu emang udah maafin aku?” Jured hanya mengangguk lemah.

“Oiya, kita keluar, yuk! Aku mau ajak kamu ke suatu tempat,” ajak Sarah. Jured menerima ajakan Sarah dan segera berganti pakaian. Tak lama kemudian, mereka pun berangkat. 

Di dalam angkot, Sarah duduk sedikit berjauhan dengan Jured, karena penumpang yang hampir penuh, membuat mereka tak bisa memilih tempat duduk. Saat itu adalah jam sibuk penumpang. Banyak mobilitas anak-anak kuliah yang naik turun angkot. Kebetulan pula, dalam angkot tersebut kebanyakan adalah para mahasiswi yang kuliah di kampus dekat tempat tinggal mereka. Sarah memperhatikan dengan ekor matanya. Dia melihat betapa gadis-gadis itu salah tingkah dengan kehadiran Jured. Beberapa kali Sarah memergoki mereka mencuri pandang pada adiknya itu. Tapi Jured tetap tenang, seolah itu bukan pengalaman baru baginya. Ada rasa bangga merasuk dalam hatinya memiliki adik laki-laki setampan Jured. 

Mereka turun di depan sebuah toko buku terbesar di kota itu. 

“Di sinilah aku sering menghabiskan waktu, Red,” kata Sarah, begitu mereka berada tepat di depan toko tersebut. “Yuk, masuk!” Jured hanya mengikuti Sarah tanpa berkomentar apa pun. 

Mereka berkeliling di toko buku yang terdiri dari tiga lantai tersebut, sambil sesekali memisahkan diri mengikuti minat bacaan masing-masing. Setelah puas, Sarah mengajaknya ke tempat lain. Ke sebuah perpustakaan nasional. 

“Di sini, buku-bukunya memang kebanyakan buku usang. Kalau ada buku baru, hanya orang beruntung yang bisa meminjamnya, itu pun kalau mereka berhasil menemukannya terlebih dahulu. Tapi asyiknya, di sini lebih santai. Kita bisa memilih tempat duduk dengan spot yang menyenangkan,” terang Sarah. 

Tempat itu didekorasi sedemikian rupa hingga menimbulkan rasa nyaman bagi pengunjung. Ada air mancur di tengah ruangan yang berada di lantai dasar tapi bisa dilihat dan didengar suara percikan airnya sampai ke lantai paling atas. 

Jured juga merasakan kenyamanan seperti yang dirasakan pengunjung lain. Dia mengambil sebuah buku, membawanya ke sebuah sudut dan membaca dengan serius di sana. Sarah juga melakukan hal yang sama dengan Jured hingga tanpa terasa, sebuah suara dari pengeras suara mengumumkan bahwa perpustakaan akan segera tutup dan pengunjung dipersilahkan untuk keluar. 

Tak lupa, Setelah sholat Ashar, Sarah mengajak Jured untuk menikmati kuliner di tempat yang dia tahu menyediakan hidangan yang enak dengan harga yang cukup ramah. Sekalian, mereka meminta dibungkus agar bisa dibawa pulang untuk ibu mereka.

Menjelang pulang, Sarah menyempatkan mengajak Jured ke pantai. Menyusuri sepanjang bibir pantai dengan angin yang saat itu bertiup sepoi-sepoi, membuat mereka betah untuk berlama-lama. Jured yang sedari tadi banyak berdiam diri, sudah bisa tersenyum dan mengomentari ocehan Sarah. Hingga tak terasa malam menjelang, mereka pun segera pulang. 

Begitu sampai, Sarah dan Jured mendapati rumah mereka dalam keadaan gelap gulita. Tak satu pun lampu yang menyala. Sarah membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu ada di tasnya. Menyalakan semua lampu dan bergegas ke kamar ibunya. 

Jantungnya serasa berhenti berdetak melihat ibunya yang tergeletak di lantai. 

Lihat selengkapnya