Kanvas

Viola Elysia
Chapter #1

Chapter 1

Senandung ria terdengar dari dalam salah satu ruangan di rumah sakit yang mulai ramai pengunjung. 

Di atas ranjang putih polos di salah satu ruangan, nampak, seorang gadis dengan rambut kepang dua sedang duduk menghadapa sebuah kanvas putih yang mulai dihiasi ribuan warna. Dengan lihainya kedua tangan kecilnya mengoleskan kuas-kuas berisi cat untuk menghasilkan lukisan yang begitu memesona. Seulas senyum manis terlukis di wajah manis miliknya. 

Pada kulit gadis kecil itu terdapat banyak bintik merah. Warna kulitnya pun cenderung pucat. Rambutnya yang dikepang dua tidak memiliki kesan rapih sama sekali. Banyak sekali rambutnya yang semrawut kemana-mana.

"Kusimpan cerita menjadi rahasia ..." senandungnya. "Mengendap di lubuk hatiku hingga sekian lama ..." Dia melanjutkan dengan nada yang semakin merendah. 

Matanya menatap sayu palet dengan berbagai macam warna cat yang campur aduk. 

Kemudian, dia kembali tersenyum dan melanjutkan, "Berat kuberkata diriku telah cinta, dengan kamu yang sungguh tak bisa peka akan cintaku ...."

Tepat setelah lirik itu selesai dia senandungkan, gadis itu terkekeh kecil. "Apanya yang tidak peka? Kenalan saja tidak pernah," ucapnya sedikit geli.

Dia kembali mengoleskan kuasnya pada kanvas besar di hadapannya sambil melanjutkan nyanyiannya.

Ruangan yang dia tempati berdinding putih dengan banyak sekali lukisan berwarna yang menghiasi dinding. Ranjangnya bersebrangan dengan sebuah jendela yang sangat besar. Di sisi kanan ranjangnya terdapat sebuah lemari kecil berwarna putih yang bagian atasnya dapat dijadikan meja.  

Alih-alih dihiasi oleh buah-buahan ataupun makanan, bagian atas lemari kecil itu justru dihiasi dengan palet, kuas dan gelas berisi air yang nampak begitu kotor. 

Bersamaan dengan selesainya lagu yang sedari tadi dia nyanyikan, kanvas yang semula berwarna putih bersih itu kini telah berubah menjadi lukisan yang samgat indah. Kata-kata tak bisa diungkapkan untuk menunjukan keindahan yang terpancar dari lukisan itu. 

Setiap goresan dari ribuan warna cat yang menempel pada kanvas tersebut mengandung ribuan emosi. Kegembiraan, kesedihan, kehangatan, semuanya tercampur menjadi satu kesatuan. Lukisan yang begitu memesona. 

Dia meletakkan kuas yang semula dia gunakan di atas palet yang berada di lemari kecil di samping ranjangnya. Dia mengangkat lukisan berwarna di atas kanvas yang semula berwarna putih itu dan tersenyum.

"Selesai!" teriaknya bahagia. 

Dia nyaris melompat kegirangan kalau saja tak ingat bahwa dia sedang berdiri di atas ranjang. Ah, gadis kecil itu sangat bahagia. Padahal ini bukan kali pertama dia menyelesaikan lukisannya dengan sempurna. 

Gadis kecil itu menggerakkan kanvasnya ke sana kemari sambil bergumam, "kuletakan di mana, ya?"

Dia mulai bergerak ke sana ke mari. Memeringkan tubuhnya ke kanan dan kiri, atas dan bawah, bahkan sesekali memutar tubuhnya. Hingga tanpa sadar, sikunya menyenggol lemari kecil di samping ranjangnya. Membuat gelas berisi kuas-kuas miliknya berceceran di lantai. 

Gadis itu menoleh dengan sedikit panik dan meletakkan kanvas yang semula dia angkat di sembarang tempat. Dia duduk dan menundukkan kepalanya serendah mungkin dan mengulurkan tangannya supaya dapat menggapai kuas-kuas tersebut. Akan tetapi tangannya tertahan oleh selang infus yang menempel pada tangannya. Ah, dia lupa bahwa di tangan kanannya yang ditusuk sebuah selang infus yang terhubung dengan sebuah kantung darah di atasnya.

Matanya menelaah selang infus yang tertanam di punggung tangannya. Matanya terus menelusuri selang itu hingga sampai ke kantung darah yang menggantung jauh di atasnya. Gadis itu menghela nafas. Sepertinya dia memang harus meminta perawat agar kantung itu sedikit diturunkan supaya dia tidak repot. 

Sekarang, bagaimana caranya mengambil kuas-kuas kesayangannya yang berserakan itu?

Suara pintu yang terbuka sontak membuat gadis itu menoleh. Seulas senyum pun terbit di wajah manisnya. Jam besuk baru saja dibuka, dan orangtuanya biasanya akan datang sianh hari. Itu artinya yang datang adalah perawat.

"Clara, waktunya makan." Seorang perawat dengan rambut hitam panjang yang diikat masuk sambil membawa nampan berisi makanan. 

Waktu yang tepat, batin Clara.

Lihat selengkapnya