Kapan Nikah?

mahes.varaa
Chapter #3

KEPALAKU BICARA PADAKU

Aku ingat setiap kali menangis saat kecil, aku selalu memanggil ibuku dan bukan ayahku. Aku enggak tahu kenapa. Tapi saat umurku 10 tahun, aku mulai mempertanyakan hal itu. Kenapa setiap kali menangis aku selalu memanggil ibuku dan ayahku? Padahal aku punya ayah dan ibu, tapi kenapa selalu ibuku dan bukan ayahku?

 

Tahun 2003.

Rari lahir pada bulan Januari tahun 1993. Rari lahir sebagai anak pertama dari pasangan Saeful dan Arti. Tidak sampai dua tahun setelah kelahirannya tepatnya November tahun 1994, Rari mendapatkan adik perempuan yang diberi nama Novi. Adik perempuan Rari ini lahir dengan memiliki kecantikan dari ibunya dan sering membuat banyak orang yang melihatnya langsung jatuh hati termasuk dengan Ayah Rari-Saeful. Karena sangat cantik dan menggemaskan, Novi sangat dimanja oleh ayahnya. Apapun yang Novi minta akan selalu diberikan oleh ayahnya.

Beda dengan Rari. Dibandingkan dengan Novi, lahir dengan mengambil banyak gen dari ayahnya. Ditambah lagi Rari adalah anak pertama dan secara tidak langsung telah dituntut untuk selalu mengalah, memberi contoh dan menjadi panutan untuk Novi-adiknya.

Meski punya tuntutan secara tidak langsung hanya karena lahir lebih dulu, kehidupan Rari sebagai anak dan kakak, berjalan dengan lancar. Tuntutan itu dianggap Rari sebagai berkah karena Rari sangat menyayangi adiknya-Novi. Ditambah lagi … Arti bukanlah ibu yang banyak menuntut sebaliknya Arti langsung memberikan contoh pada Rari agar Rari dengan mudah memahami.

“Kamarmu berantakan. Mainan enggak disimpan pada tempatnya. Menurut Rari apa ini kelihatan bagus dan rapi?”

“Rari enggak tahu, Bu.” Rari menggelengkan kepalanya tidak tahu.

“Nanti bandingkan setelah Ibu rapikan.” Arti membereskan semua mainan Rari yang berantakan di kamarnya, mengembalikan semua mainan pada tempatnya dan sekalian merapikan tempat tidur Rari. Dan setelah melakukan hal itu, Arti akan bertanya pada Rari. “ Gimana? Bagus yang mana? Yang tadi atau yang sekarang?”

“Bagus yang sekarang, Bu.” Rari menjawab.

“Kalo lebih bagus yang ini, setelah mainnya selesai, Rari harus bereskan kembali mainannya, yah?”

“Ya, Bu.”

Itulah salah satu contoh bagaimana Arti membesarkan Rari dengan harapan Rari kelak akan mengajarkan hal yang sama pada Novi.

Sayangnya Novi sejak kecil memiliki tubuh yang sangat lemah dan sulit makan. Jadi semenjak lahir, Novi sudah diperlakukan dengan lebih istimewa dibandingkan dengan Rari yang lahir dalam keadaan sehat. Novi diistimewakan dengan banyak hal dan membuatnya memiliki sifat yang berkebalikan dengan Rari.

Jika Rari adalah anak penurut yang selalu mematuhi segala ucapan orang tuanya, bahkan tahu dengan baik arti dari apa yang namanya aturan, maka Novi akan melanggar semua aturan yang ada dan mengabaikan ucapan orang tuanya jika tak sesuai dengan kehendaknya.

Rari tumbuh dengan mengingat dengan baik setiap ucapan orang tuanya, sementara Novi selalu mengabaikannya. Meski Novi adalah segala kebalikan tentang dirinya, Rari tetap menyayangi Novi karena itulah tugas sang kakak.

Tapi semua mulai berubah ketika Rari menginjak umur sepuluh tahun.

Benak Rari seolah bisa bicara dengannya, seolah punya kesadaran sendiri.

“Bu, kenapa kadang ada suara dalam kepalaku?” Rari ingat pernah menanyakan hal itu pada Arti-ibunya.

“Apa maksudnya itu, Rari?” tanya Arti-Ibu Rari.

“Gimana yah bilangnya, Bu?” Rari berusaha dengan keras menjelaskan situasinya. “Kadang kepalaku seolah bicara sama aku, Bu. Apa aku sakit?”

“Ha ha ha!!” Arti tertawa mendengar pertanyaan Rari. “Kamu enggak sakit, Rari. Kamu memang gitu, Rari. Dari kecil kamu kan punya teman bicara sendiri. Kamu suka ngobrol di depan cermin seolah punya teman di rumah. Atau kamu suka menggambar di tembok dan bicara sendiri seolah punya teman di sampingmu. Suara di kepalamu itu bisa dibilang teman kecilmu. Nanti kalo kamu sudah besar, suara itu akan hilang.”

Jawaban Arti saat itu, sama sekali tidak membuat Rari paham akan keadaannya. Rari terus merasa dirinya aneh karena kepalanya selalu bicara padanya dalam situasi tertentu, terutama situasi seperti ini.

“Hu hu hu!!! Ibu, Ibu!!”

Rari ingat itu adalah momen pertama dirinya menyadari bahwa kepalanya bicara dengannya. Hari itu … saat di sekolah, Rari diganggu temannya sampai benar-benar kesal. Alhasil Rari yang sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya, menangis tersedu-sedu dengan memanggil ibunya. Aneh. Kenapa setiap kali menangis aku selalu memanggil Ibu dan bukan Ayah?

Untuk pertama kalinya Rari bicara dan bertanya pada dirinya sendiri. Tapi anehnya, ada suara dalam kepalanya yang seolah menjawab dan menanggapi pertanyaan Rari itu.

“Benar, itu memang aneh. Kamu punya ayah dan ibu. Di depan teman-temanmu, kamu selalu membanggakan ayahmu. Tapi kenapa setiap kali menangis, kamu selalu memanggil ibumu?”

Lihat selengkapnya