Dulu setiap kali ada anak pindahan di sekolah dan jadi pusat perhatian di kelas, aku sedikit merasa iri dengan anak itu karena dia mendapatkan perhatian yang besar.
Melihat hal itu, aku pun membuat harapan kecil: Jika bisa aku ingin merasakan yang namanya pindahan.
Doa itu, hanya sekumpulan kata-kata yang aku ucapkan tanpa ada niatan besar untuk merasakannya. Apalagi doa itu aku ucapkan saat aku masih kecil dan jauh dari kata dewasa.
Tapi siapa yang akan menyangka doa kecil tanpa niat besar untuk terkabul itu benar-benar dikabulkan oleh Allah.
Aku benar-benar merasakan pindahan berulang kali dan dimulai tahun 2011 karena perceraian Ayah dan Ibu.
Tahun 2011.
Rari bersama dengan Arti dan dua adiknya: Novi dan Putra melakukan pindahan rumah. Pindahan dilakukan dua kali. Pindahan pertama membawa Rari bersama dengan Novi dan Putra dan sebagian barang yang ada di rumah. Selama ini … Arti bekerja sebagai penjahit pakaian dan hampir semua isi ruamh yang membeli adalah Arti, dengan uang hasil kerja Arti sendiri dan bukan uang dari Saeful.
Kenapa?
Karena selama pernikahannya, Saeful mengirimkan uang hasil kerjanya sebesar 70% kepada ibunya yang ada di kota D. Alhasil selama menikah dengan Arti, Saeful hanya punya beberapa properti seperti rumah dan mobil yang itu pun dibeli patungan bersama dengan Arti.
Tapi Arti sudah tidak peduli dengan rumah dan mobil itu. Meski ada jerih payah Arti didalamnya, Arti sudah lelah dengan Saeful yang selalu diharapkannya berubah, nyatanya tak pernah berubah. Yang ada dalam pikiran Arti-Ibu Rari sekarang adalah menyelamatkan Rari, Novi dan Putra.
Kenapa begitu?
Karena semenjak lima tahun lalu, usaha Saeful sudah berulang kali mengalami kebangkrutan. Tapi Saeful sama sekali tidak membaca situasi di mana mereka sangat-sangat kekurangan dan justru mengambil banyak pinjaman hanya untuk mengirim uang pada ibunya di kota D.
Pindahan kedua dilakukan Rari bersama dengan Arti setelah Yono-adik dari Arti membawa truk yang bermuatan semua barang-barang yang dibeli sendiri oleh Arti. Rari dan Arti naik kereta menuju kota M, transit selama setengah jam di sana sebelum akhirnya naik kereta lokal menuju kota Bi.
“Assalamualaikum.”
Begitu tiba di rumah neneknya yang merupakan Ibu dari Arti, Rari bersama dengan Arti, Novi dan Putra mengira bahwa mereka akan disambut dengan hangat seperti kedatangan mereka di setiap tahunnya.
Yah kedatangan Rari bersama dengan keluarga kecilnya memang disambut hangat, tapi itu hanya berlangsung tiga bulan saja.
Tiga bulan setelah tinggal di rumah neneknya, Saeful datang menyusul dan meminta bicara pada orang tua Arti. Saeful meminta maaf pada ornag tua Arti dan mengatakan tidak ingin bercerai dengan Arti.
Sayangnya Arti-Ibu Rari masih kekeh dengan keputusannya mengingat kesalahan Saeful sudah terlalu besar dan buruknya Saeful masih belum mengakui kesalahannya yang berhutang di sana-sini demi ibunya dan bukan demi Arti, Rari, Novi dan Putra. Saeful masih tidak mengakui kesalahannya pada orang tua Arti dan membuat orang tua Arti mengira bahwa Arti meminta cerai dengan alasan bahwa Saeful telah bangkrut.
Seminggu setelah kedatangan Saeful, sidang besar diadakan. Kakek nenek Rari memanggil kakak tertua Arti-Dian yang bekerja di luar negeri dan melakukan sidang mengenai perceraian yang diinginkan Arti.
“Kamu ini … dulu pas awal nikah kan emang enggak punya apa-apa! Kenapa sekarang bangkrut bentar, sudah minta cerai??” Dian memulai sidang panasnya dengan Arti dengan keluhan dan cibiran.
Sidang itu juga dihadiri oleh dua adik Arti-Yono dan Tia. Yono sudah bercerai beberapa tahun yang lalu karena istrinya berselingkuh saat ditinggal kerja di luar negeri, sementara Tia yang umurnya sudah 30 tahun, belum menikah karena terlalu banyak permintaan mengenai calon suaminya. Sementara Dian sendiri, sudah lama menjadi janda dan memilih bekerja ke luar negeri.