Hidup itu, penuh dengan teka-teki.
Hidupku juga penuh dengan teka-teki.
Teka-teki terbesar dalam hidupku adalah pertanyaan ini, “Untuk apa aku hidup? Apa tujuan aku hidup?”
Pertanyaan itu terus aku ajukan hampir sepanjang hidupku.
Saat aku umur 10 tahun.
Saat aku umur 18 tahun.
Saat aku umur 25 tahun.
Bahkan hingga saat ini umurku 31 tahun, aku masih menanyakan pertanyaan itu karena aku masih belum menemukan jawaban yang bisa memuaskan aku.
“Rari!”
Rari yang sudah bersiap untuk tidur di ranjangnya, kembali turun dari ranjangnya ketika mendengar teriakan Arti-ibunya.
“Ya, Bu. Kenapa?”
Kreet!! Rari buru-buru keluar dari kamarnya, merasa takut jika ada sesuatu yang terjadi pada Arti-ibunya.
“Enggak, Ibu cuma mau mastiin. Garasi sudah kamu kunci kan?”
Rari yang tadi buru-buru keluar dari kamarnya, langsung menghela napas lega ketika melihat Arti-Ibunya dalam keadaan baik-baik saja.
“Sudah kok, Bu.”
“Ya, sudah kalo gitu. Cepet tidur! Jangan tidur malam-malam! Nanti masih harus solat malam.”
“Ya, Bu!”
Setelah melihat Arti-Ibunya kembali berjalan menuju ke kamarnya, Rari kembali ke kamarnya, naik ke ranjangnya dan bersiap untuk tidur.
Huft!
Setelah berbaring di ranjangnya, Rari menatap langit-langit kamarnya dan ingatannya yang memutar kenangan pahit Rari, kembali berputar di dalam kepala Rari.