Kapan Nikah?

mahes.varaa
Chapter #10

HARI-HARI BERAT RARI PART 1

Manusia punya rasa iri dalam diri mereka dan sifat itu adalah bagian dari manusia.

Yang membedakan adalah beberapa manusia ada yang berhasil menahannya dan beberapa lainnya justru membiarkan sifat itu tumbuh.

 Dan tentunya aku sebagai manusia juga punya sifat itu.

Aku berhasil menahannya untuk tidak merasa iri pada Novi-adikku yang punya segala hal yang aku impikan. Tapi kadang-kadang aku juga tidak bisa menahan sifat itu.

Aku punya rasa iri yang besar pada anak yatim piatu.

Mungkin ini terdengar aneh, tapi aku benar-benar merasa iri dengan mereka.

Orang-orang akan merasa sedih, kasihan hanya dengan mendengar bahwa mereka adalah anak yatim, piatu atau keduanya.

Tapi hal itu tidak berlaku buatku.

Ketika ayahku pergi, orang-orang mengira Ayah masih membiayaiku karena bagaimanapun aku anak perempuan yang belum menikah dan aku punya adik laki-laki yang kuliahnya bahkan belum selesai.

Tapi mereka salah.

Semenjak Ayah pergi, dia membawa pergi segalanya: kewajiban dan haknya. Dia melalaikan semua kewajibannya sebagai ayah, yang artinya dia kehilangan semua haknya sebagai ayah.

Aku pikir hanya aku yang memikirkannya. Tapi ternyata Putra-adikku juga memikirkan hal yang sama.

Kadang kami membicarakan hal itu sebagai lelucon keluarga saat kami berkumpul.

 

Tahun 2013.

Tahun-tahun berat Rari bersama dengan Arti, Novi dan Putra dimulai tahun 2011. Di mana Arti memutuskan untuk bercerai dengan Saeful, tapi Saeful menolak pisah dengan Arti. Satu kesempatan diberikan lagi pada Saeful. Tapi nyatanya kesempatan itu hanyalah kesempatan bagi Rari, Arti, Novi dan Putra untuk melihat bahwa Saeful-Ayah Rari dan suami dari Arti, memang sudah tidak bisa berubah dan tak lagi bisa jadi kepala keluarga.

“Mas, tolong cari kerja! Novi sebentar lagi kuliah!” Arti memaksa Saeful untuk mencari kerja.

“Kan ini aku udah kerja! Jadi sopir kamu, nganter kue-kue! Jadi juru masak bantuan kamu buat jajan! Kalo bukan kerja, apa namanya lagi ini!” ujar Saeful.

“Tapi kalo cuma gini aja, uangnya enggak akan cukup, Mas! Kita masih tertolong karena Rari terus-terusan dapat beasiswa! Tapi hal yang sama belum tentu berlaku buat Novi, Mas!”

“Kamu remehin anak kita?? Rari memang pintar sejak dulu, tapi bukan berarti Novi kalah pintar dengan Rari dan enggak bisa dapatin beasiswa!”

“Bukan gitu maksudku, Mas! Maksudku jangan ngandalin beasiswa! Kan sudah jadi kewajiban kita buat biayai anak-anak kuliah kalo mereka pengen kuliah, Mas!”

“Yah harusnya kamu kemarin berangkat saja ke luar negeri pas ditawarin sama Mbakmu! Kan pasti dapat uang banyak kalo kamu kerja jadi TKW!”

Lihat selengkapnya