Kapan Nikah?

mahes.varaa
Chapter #11

HARI-HARI BERAT RARI PART 2

Ibuku punya prinsip: saat susah, jangan sampai anaknya kurang makan.

Itulah prinsip Ibuku.

Ketika hidup kami susah dan bahkan serba kekurangan, kami sama sekali tidak kekurangan makan ataupun jajan.

Ibuku selalu punya cara dan cara yang dipakainya agar kami enggak kelaparan dan bahkan rakus saat makan di rumah orang lain adalah dengan jualan makanan dan kue.

Itulah kenyataannya.

Jadi saat hidup kami kesulitan bahkan dikatakan hidup di kandang bersama ternak-ternak kami, Ibuku jualan kue dan makanan untuk makan sehari-hari. Jadi meski kami enggak bisa beli jajan atau makanan di luar, kami masih bisa makan

Dulunya aku enggak tahu, kalo Ibuku ternyata punya cara cerdas bahkan di saat hidup kami terjepit. Baru setelah mendengar cerita banyak orang yang mana hanya makan nasi dan garam ketika hidup susah, aku bersyukur lahir sebagai anak Ibuku.

 

Tahun 2014.

Rari hidup dengan adiknya-Novi di kota M yang jaraknya 1,5 jam perjalanan dari kota Bi di mana Ibunya-Arti dan adiknya-Putra tinggal.

Jika akhir pekan senggang, Rari dan Novi akan pulang di Jumat sore dan besok paginya sampai Minggu sore, sibuk membantu Arti untuk memasak dan mengantar kue. Bahkan tak jarang jika Arti ada pesanan korden, Rari akan sibuk mengantar dan membantu Arti-Ibunya membeli kain atau memasang korden di rumah pelanggannya.

Jika hari Senin sampai Jumat, Rari dan Novi sibuk dengan kuliahnya, maka setiap akhir pekan, Rari dan Novi akan pulang untuk membantu Arti.

Hal yang sama berlaku di liburan semesteran mereka.

Selama sebulan, Rari dan Novi sebagai dua anak Arti yang sudah cukup besar, sibuk dengan kegiatannya membantu Arti dari belanja, mengantar kue, mengambil uang kue dan terkadang harus berangkat jam 3 pagi jika Arti mendadak dapat pesanan kue di pasar.

Di antara semua tahun berat, bisa Rari katakan bahwa tahun 2014 adalah tahun terberatnya.

Kenapa?

Karena pada tahun itu, Rari dapat dengan jelas melihat bagaimana buruknya sifat Saeful-ayahnya.

“Mas, ini sudah tiga tahun! Kamu enggak kerja?” tanya Arti-Ibu Rari dengan nada kesalnya.

Hari ini Arti benar-benar kesal karena sudah lama menahan rasa kesalnya. Arti selalu menghitung dengan baik pengeluaran dan pemasukannya demi Rari dan Novi yang kuliah di luar kota dan mengorbankan akhir pekan dan liburannya untuk membantu Arti mencari uang. Tapi Saeful-ayah Rari yang harusnya jadi kepala rumah tangga dan bertugas menghidupi dan menafkahi, justru hanya menumpang dan seenaknya menggunakan uang jualan Arti untuk makan di luar. Padahal baik Rari, Novi dan Putra yang dipasrahi Arti untuk mengambil uang jajan, tidak pernah memakai uang itu tanpa ijin dari Arti.

Arti sudah menahan sabar pada kelakuan Saeful. Tapi kesabaran Arti ada batasnya terutama jika berhubungan dengan Rari, Novi dan Putra.

“Enggak!” jawab Saeful dengan entengnya.

Tidak seperti sebelum-sebelumnya di mana Arti akan menegur Saeful saat Rari, Novi dan Putra sedang tidak di rumah, tapi kali ini Arti sengaja menegur Saeful di depan anak-anaknya.

Lihat selengkapnya