Saat umurku 10 tahun, ada temanku yang meninggal dalam kecelakaan. Berita itu cukup menghebohkan sekolah karena temanku itu dikenal sebagai anak yang baik.
Saat mendengar kabar itu, aku tanpa sadar membuat bayangan di dalam kepalaku. Ada tiga bayangan yang muncul dalam kepalaku seperti sebuah simulasi. Bayangan itu menggambarkan keadaanku bersama dengan dua adikku yang kehilangan orang tua. Bayangan pertama adalah keadaan kami kehilangan ayah, bayangan kedua adalah keadaan kami kehilangan ibu dan bayangan ketiga adalah keadaan kami kehilangan ayah dan ibu di saat bersamaan.
Aku tak tahu kenapa aku bisa memikirkan hal itu dalam kepalaku, tapi aku tetap saja tak bisa mengusir bayangan di kepalaku yang mirip dengan simulasi itu.
Dari tiga keadaan itu ada dua keadaan di mana menurutku, aku bersama dengan dua adikku tidak akan bisa bertahan hidup. Keadaan itu adalah keadaan di mana kami kehilangan ibu.
Jika Ibu saja yang menghilang dari dunia ini, kami bertiga akan hidup dengan Ayah.
Membayangkan hal itu, rasanya aku sudah tidak sanggup. Kenapa? Karena aku sudah bisa membayangkan rumah yang akan dalam keadaan seperti kapal pecah tanpa adanya Ibu di rumah.
Situasi berikutnya adalah jika Ayah dan Ibu menghilang dari dunia ini di saat yang bersamaan, kami bertiga mungkin akan hidup dengan Nenek dari pihak Ibu karena kami sama sekali tidak dekat dengan Nenek dari pihak Ayah.
Membayangkan hal itu saja, rasanya aku juga sudah tidak sanggup. Kenapa? Jujur saja, aku suka berkunjung ke rumah Nenek dari pihak Ibu. Tapi rumah itu tidak cocok untuk dijadikan tempat tinggal, hanya cocok untuk dijadikan tempat berkunjung saja.
Ketika membayangkan tiga keadaan itu, aku hanya bisa menggelengkan kepala berharap Ibu berumur panjang dengan berdoa pada Allah agar Ibu selalu sehat.
*
Operasi dilakukan di malam hari selepas magrib. Karena semenjak pagi setelah sarapan Rari belum makan, Rari dianggap telah berpuasa dan bisa menjalani operasi dengan cepat.
Begitu melihat ruang operasi, Rari mendadak mulai merasakan perasaan takut yang teramat.
Aku takut.
“Apa yang membuat kamu takut, Rari? Ini hanya operasi kecil karena hanya berhubungan dengan tulang di tanganmu bukan organ-organ penting dalam tubuhmu.” Seperti biasa, suara dalam kepala Rari menanggapi ucapan batin Rari.
Gimana jika setelah aku dibius aku enggak bangun lagi?
“Kamu takut mati, Rari? Yang benar saja, aku tahu kamu dengan baik, Rari. Kamu sama sekali enggak punya rasa takut dengan kematian.”
Eh?? Rari kaget mendengar suara dalam kepalanya yang memberinya jawaban seolah mengenal Rari lebih dari dirinya sendiri. Dari mana kamu dapat keyakinan seperti itu, hah? Aku ini manusia, jelas aku takut mati!