Kapan Nikah?

mahes.varaa
Chapter #18

ALASAN PART 2

Sepertinya aku tahu alasan Ayah tidak suka denganku.

Aku adalah bayangan cermin bagi Ayah.

Sama seperti Ayah, aku adalah anak yang patuh dan lebih banyak diam jika tidak dibutuhkan. Aku sangat patuh pada Ibu, begitu juga dengan Ayah yang sangat patuh pada Nenek.

Tapi yang membedakan aku dan Ayah adalah aku berani bilang tidak pada apa yang dikatakan dan diperintahkan Ibu jika itu memang salah.

“Ibu menyekolahkan kamu tinggi-tinggi supaya kamu pintar. Nanti ketika Ibu tua, Ibu mungkin punya pengalaman, tapi otak Ibu sudah menurun. Jadi ketika ada situasi genting dan Ibu salah mengambil keputusan, kamu sudah bisa membenarkannya dan kita semua tidak jadi mengambil keputusan yang salah.”

“Meski aku Ibumu, bukan berarti Ibu yang harus menentukan segalanya tentangmu, Rari. Yang jalani hidup yah Rari sendiri kan? Jadi Ibu akan hormati keputusan Rari selama Rari tahu resikonya.”

Itu yang Ibu katakan padaku.

Aku memang mengagumi Ibu untuk segala perjuangannya menjadi anak, istri dan ibu. Tapi meski begitu … aku tahu batasannya bahwa Ibuku hanyalah manusia yang terkadang bisa berbuat salah.

Apa yang Ayah lakukan pada Nenek: mengabulkan semua keinginannya, hanya membuat Nenek terjerumus pada keserakahan dan aku tidak mau kehilangan Ibuku karena ulahku yang terus mengabulkan keinginannya.

Dan mungkin karena inilah Ayah tidak suka denganku.

Melihatku, hanya membuatnya teringat pada bayangan cermin yang melakukan segala hal kebalikannya dan membuatnya menyadari bahwa bayangan dalam cermin melakukan hal yang benar sementara yang Ayah lakukan adalah salah.

 

Tahun 2024.

Dua hari kemudian.

Kereta yang membawa Putra tiba pukul 17.40. Rari sudah menunggu di depan stasiun sejak sepuluh menit yang lalu.

Putra: Mbak, di mana?

Rari menerima pesan dari Putra. Buru-buru, Rari membalasnya.

Rari: Di depan stasiun. Di bawah pohon depan pintu keluar pas.

Putra: oke, otw. Ini mau turun dari kereta.

Tak sampai lima menit lamanya semenjak pesan yang diterima, Rari melihat batang hidung Putra.

Putra-adik bungsu Rari dulunya adalah anak yang kurus dan kecil dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Putra yang sekarang memang masih kurus tapi bukan lagi kecil, melainkan sangat tinggi hingga dari kejauhan Rari bisa melihat wajahnya di antara para penumpang kereta yang berjalan keluar.

“Assalamualaikum. Salim dulu, Mbak.” Putra menyapa Rari dengan mengulurkan tangannya ke atas menggoda Rari yang sekarang kalah tinggi darinya agar mencium tangannya.

Lihat selengkapnya