Ah, jurang ini!
Kapan aku bisa merangkak keluar dari dalamnya??
Setiap kali aku merana tentang hidup, aku akan mengeluh seperti itu dalam benakku.
Beberapa bulan yang lalu.
Tahun 2024.
Drrt, drrt!!!
Hp Rari bergetar. Ada panggilan masuk di hpnya. Rari yang baru saja mandi sore, mempercepat langkah kakinya ketika mendengar getar hpnya di atas meja yang cukup kencang.
Novi?
Rari melihat nama kontak Novi muncul di layar hpnya sekilas sebelum mengangkat panggilan itu dengan cepat.
“Assalamualaikum. Ada apa, Novi?”
“Mbak! Perutku sakit sekali! aku terus muntah-muntah hari ini!”
Mendengar suara Novi yang sepertinya kesakitan, Rari jelas panik. Ditambah, sebulan terakhir ini, Novi sering kali mengeluhkan jika ada yang salah dengan perutnya. Mulai dari bunyi yang lebih keras dari sebelumnya, perut yang gampang begah dan perutnya yang kadang bisa sedikit buncit.
Rari sudah menyarankan Novi untuk segera periksa ke rumah sakit, tapi setelah melewati beberapa rangkaian tes, hasilnya nihil.
“Tunggu sebentar! Aku panggil Ibu!”
“Ya, Mbak!”
“Bu, Ibu!!!” Rari berteriak memanggil Arti-ibunya sembari berlari keluar dari kamarnya mencari Arti-ibunya.
“Kenapa teriak-teriak, Rari?”
Rari menemukan Arti-ibunya yang menghampirinya dari arah dapur karena mendnegar teriakannya. Rari buru-buru memberikan hpnya pada Arti. “Ini Novi telepon, Bu! Sakit perutnya kumat lagi!”
“Eh?” Arti menerima hp Rari dan segera bicara dengan Novi dalam mode speaker. “Kmau sakit lagi, Nov?”
“Ya, Bu! Ini siang tadi, aku muntah-muntah! Akhirnya aku pulang, Bu!”