Tidak seperti aku yang tahu dengan baik bagaimana Ayah, Novi memiliki pandangan yang berbeda denganku.
Mungkin karena Novi adalah anak kesayangan Ayah, atau mungkin karena Novi tidak pernah di posisiku yang selalu diberi janji palsu oleh Ayah, mungkin karena itulah tanpa sadar Novi selalu menganggap Ayah sebagai pria terbaik.
Mungkin dengan alasan itu, pria yang dipacari Novi selalu berkarakteristik yang sama dengan Ayah.
Satu pelajaran lagi aku dapat dari adikku.
Jika Putra dikarenakan rasa bencinya tanpa sadar melakukan kesalahan yang sama dengan Ayah, maka Novi dikarenakan rasa sayangnya tanpa sadar mencari sosok pria yang sama seperti Ayah.
Lima hari setelah operasi pertama Novi, operasi kedua dilakukan. Operasi kali ini berjalan lebih lama dari operasi pertama. Rari dan Arti menunggu sekitar enam jam-an untuk operasi Novi. Dan begitu kembali ke kamar rawat inap, Novi yang masih dalam pengaruh obat bius dan penghilang rasa sakit dosis tinggi, terus mengigau dalam tidurnya.
“Bu, sakit!”
“Ya, Nak. Ibu tahu sakit, tapi kamu harus tahan, Nak! Dibuat tidur, Nak!”
Selama semalaman Novi tertidur dengan pengaruh bius, Arti terus menggenggam tangan Novi di samping ranjangnya dengan mulut yang terus berdoa tanpa henti.
Selama dua hari lamanya, keadaan Novi mulai membaik. Berkat obat penghilang dosis tinggi, Novi tidka begitu merasakan sakit akibat operasinya. Tapi setelah obat biusnya dilepas, rasa sakit yang sempat tak terasa, menyerang Novi dan Novi hanya bisa mengeluh sakit berulang kali.
“Ya, sakit. Tapi kamu harus kuat, Nak. Baca doa. Supaya Allah meringankan rasa sakitnya, Nak.” Arti terus mengulang kalimat itu sampai Novi tertidur dan tak lagi merasakan rasa sakit akibatnya operasi.
Selama Novi diopname, ada banyak teman kerjanya yang datang menjenguk. Di antara mereka ada dua pacar Novi yang datang menjenguk.
Novi bilang pada Rari jika ada dua pacarnya yang datang, tapi di depan Arti, Novi hanya mengatakan sebatas teman saja.
“Kenapa kamu enggak bilang sama Ibu kalo kamu punya dua pacar?” Ketika keadaan Novi sudah lebih baik, Rari dan Arti membagi jam jaga. Rari di siang hari karena ada banyak yang harus diurus saat siang hari terutama karena Rari adalah wali Novi, sementara Arti di malam hari. “Kamu enggak niat milih salah satunya buat serius?”
“Enggak, Mbak.”
“Kenapa?” Rari tidak paham dengan pemikiran Novi.
“Karena dua-duanya sudah punya istri, Mbak. Yah meski yang satu lagi sepertinya bakalan cerai, Mbak.”
“Eh?? Maksudnya??” Rari merasa kepalanya baru saja dipukul dengan sangat kencang ketika mendengar jawaban Novi-adiknya. Dan sekarang otak Rari tidak bisa memahami apa yang dipikirkan oleh adiknya-Novi.
“Yah dibilang pacar sih, ya bukan. Dibilang bukan, yah bisa dibilang pacar, Mbak.”
“Heh? Maksudnya?” Rari menaikkan nada bicaranya karena masih tidak paham dengan apa yang dijelaskan Novi.
“Yah aku sama mereka kayak cuma temen jalan kalo keluar gitu, Mbak. Enggak ada niatan buat serius ke depannya. Yah aku donk yang bodoh kalo sama mereka karena tahu mereka sudah selingkuhi istrinya. Enggak ada yang jamin jika ke depannya, mereka enggak bakal gitu lagi.”
Deg!