Kapan Nikah?

mahes.varaa
Chapter #31

KEINGINAN, DOA DAN WAKTU YANG TEPAT PART 1

Karena terbiasa dengan permintaan yang tak pernah diwujudkan, karena terbiasa diberi janji palsu oleh Ayah, aku berhenti berharap dan terbiasa menahan keinginanku.

Tanpa sadar, aku melakukannya pada hidupku.

Dalam hidupku ini, aku tak punya banyak keinginan. Aku harus jadi apa, aku harus seperti apa dan bagaimana masa depanku, aku tak tahu dan tak pernah memikirkannya. Aku rasa selama hidupku, aku menjalaninya seperti air mengalir.

Sama halnya dengan calon pasangan hidup, aku tak punya karakteristik tertentu yang disebut-sebut dengan tipe ideal. Aku bahkan tak punya bayangan pria seperti apa yang nantinya akan jadi pasangan hidupku dan jodohku.

Hanya saja setelah memperlajari apa yang terjadi dalam hidupku, apa yang terjadi pada ibu dan dua adikku, aku punya sedikit gambaran tentang calon pasanganku.

Aku harap calon pasanganku adalah pria yang jauh lebih baik dari ayahku yang mana bisa membat Ibu tenang ketika melihat hidupku bahagia dan bertemu dengan pria yang tepat, yang bisa jadi contoh bagi Putra dan contoh bagi Novi yang tak pernah bisa menemukan pria baik karena gambaran pria idealnya adalah ayah.

 

“Hoam!!”

Karena kereta yang beangkat pagi-pagi sekali, Rari bangun sangat pagi hari ini. Setelah jam solat malam-setenagh tiga, Rari sengaja tidak tidur lagi. Rari membereskan barang bawaan yang akan dibawanya kembali ke kota J, mulai dari beberapa pakaian, peralatan riasnya, kotak makanan yang dibawakan Arti-ibunya hingga elektronik miliknya.

Selesai membereskan apa yang dibawanya, Rari kemudian membersihkan dirinya.

“M-Mbak?”

Setelah selesai membersihkan dirinya, Rari melihat Novi yang terbangun dari tidurnya.

“Kenapa?”

“Jam berapa, Mbak?” tanya Novi.

“Jam setengah empat. Kalo mau tidur lagi, tidur aja. Nanti Mbak bangunin kalo pas subuh sekalian bukain pagar yang masih digembok biar Mbak bisa berangkat ke stasiun.”

“Enggak usah dianter, Mbak?” tanya Novi lagi.

“Enggak, enggak usah. Aku panggil ojek online aja. Biar kamu enggak usah bolak balik anter Mbak. Masih pagi juga, kamu pasti ntar masih ngantuk.”

“Ya udah kalo gitu, ntar bangunin aku kalo udah subuh.”

“Ya.”

Novi tertidur lagi, sementara Rari bersiap dengan keberangkatannya ke kota J. Rari membuat kopi panas untuk menghangatkan tubuhnya dan perutnya. Rari juga memakan roti tawar yang kemarin dibelinya di minimarket dan tidak sengaja bertemu dengan Dokter Ian di sana.

Sial!  Rari mengumpat kesal ketika memakan rotinya dan benaknya memutar ingatan pertemuannya dengan Dokter Ian kemarin.

“Kamu kesal?” Suara dalam benak Rari, lagi-lagi menanggapi suara batin Rari.

Jelas, aku kesal! Gimana enggak?? Dokter itu seperti hantu gentayangan!! Aku maklum aja kalo emang dia mau ketemu Novi, tapi kemarin aku enggak bareng Novi dan masih ketemu dia!! Kota S ini gede banget tapi aku terus ketemu dia!

“Ohhh gitu!”

Lihat selengkapnya