Selain belajar dari pengalaman kehidupan sendiri, aku juga belajar dari kisah hidup orang lain. Ada pelajaran penting yang aku ingat-ingat dengan baik: tentang wajah seseorang.
Kamu bisa melihat wajah seseorang ketika dia mulai tua. Mulai dari keserakahan, kerakusan, sifat buruk dan sifat baik yang selama ini disembunyikannya dengan baik pada masa mudanya akan terlihat di masa tuanya.
Beberapa kali aku melihat dan memperhatikan bahwa ada beberapa orang yang memperlihatkan hal yang sama di masa tuanya, terutama mereka yang mulai kehilangan kendali karena sarafnya. Orang yang biasanya menyembunyikan kerakusan akan terlihat, orang yang biasa menyembunyikan kerakusannya akan terlihat pada masa ini.
Dari sini … aku belajar kenapa Islam selalu mengajarkan kita untuk menahan nafsu semenjak kecil. Jika terbiasa menahan nafsunya, maka ketika masa tua itu datang dan saraf kita mulai kehilangan kendalinya, kita sudah mampu menahan nafsu dan tidak membuat orang lain melihat aib kita.
“Kita ketemu lagi.”
Rari yang baru duduk di kursinya, hanya bisa melongo ketika menemukan Dokter Ian ternyata menjadi penumpang kereta yang duduk di sampingnya.
Oh ayolah!! Ada apa dengan kebetulan hari ini?
Kebetulannya terlalu banyak. Apa kebetulan sedang malas bekerja hingga membuatku terus bertemu dengan orang ini??
“Y-ya, kita ketemu lagi.” Rari hanya bisa membalas sapaan Dokter Ian itu dengan wajah tidak percayany karena sudah beberapa kali ini kebetulan tentang bertemu Dokter Ian terus terulang.
Kereta yang membawa Rari dari kota S menuju kota J ini berangkat dari stasiun kota S pukul 05.30 dan sampai di kota J pada pukul 09.47. Kereta ini memakan waktu perjalanan yang lebih lama dari kereta yang Rari naiki dari kota J ke kota S, karena kereta pagi ini merupakan kereta paling murah dengan harga yang tidak sampai tiga puluh ribu. Karena harganya yang sangat murah, maka kereta ini beberapa kali akan berhenti di stasiun cukup lama karena bergantian dengan kereta eksekutif yang memang biasanya didahulukan perjalanannya.
Dan selama lebih dari empat jam perjalanan ini, Rari harus bersama dengan Dokter Ian.
Sial!! Aku sial sekali hari ini!!
Jadi karena tidak ingin berbicara dengan Dokter Ian dan berniat untuk tidur sejenak, Rari memasang earphone di kedua telinganya, mendengarkan lagu dari hpnya dengan kepala yang bersandar pada jendela.
Rari memejamkan matanya berniat untuk tidur dan jatuh tertidur seperti yang direncanakannya.
“Permisi.”
Karena suara penumpang lain yang hendak turun dari kereta, Rari terbangun dari tidurnya. Tapi kali ini yang mengejutkan adalah ketika membuka matanya, Rari menemukan dirinya tidak tidur bersandar pada jendela kereta, tapi malah bersandar pada bahu seseorang. Rari menatap bahu itu dan matanya bergerak ke atas untuk memastikan siapa pemilik bahu itu.
Dokter Ian???