Kapan Nikah?

mahes.varaa
Chapter #34

KEINGINAN, DOA DAN WAKTU YANG TEPAT PART 4

“Setelah bertahun-tahun lamanya, kamu akhirnya sudah menemukan beberapa tujuan hidupmu.”

“Ya, aku sudah menemukannya.”

Saat sedang duduk diam tidak melakukan apapun dan hanya mendengarkan musik, suara dalam kepala Rari kadang akan bicara pada Rari seperti saat ini.

“Kalo begitu setelah kita lama bersama, apa akhirnya kamu sudah menemukan jawaban aku ini apa?”

“Aku punya beberapa dugaan sebelumnya, tapi kini sepertinya aku hanya punya satu jawaban.”

“Apa itu?”

“Kamu mungkin sesuatu yang disebut dengan nurani. Apa aku benar?”

Setelah sekian lama bersama dan waktu berjalan hingga dua puluh tahunan, Rari yang terus mencari jawaban untuk keberadaan suara dalam kepalanya akhirnya tiba pada satu kesimpulan yang jadi jawabannya.

“Kenapa kamu berpikir seperti itu?”

“Aku hanya melakukan apa yang selama ini kamu perintahkan: temukan informasinya dan tarik kesimpulan. Kamu selalu bilang gitu dan kamu juga selalu bilang kamu adalah aku. Kamu melihat dengan mataku. Maka kesimpulan yang aku dapat adalah kamu adalah nuraniku.”

“Seperti yang kamu bilang, aku memang nuranimu, Rari.”

Rari menerima jawabannya yang dicarinya selam bertahun-tahun. Suara dalam kepalanya yang muncul di umurnya saat 10 tahun, membuat pertanyaan besar yang butuh waktu lama untuk dipecahkan oleh Rari. Dan setelah mendapatkan jawabannya, pertanyaan lain muncul dalam benak Rari.

“Apa semua nurani bicara sepertimu di kepala manusia lain?”

“Awalnya memang ya. Tapi banyak nurani yang akhirnya tidak bertahan dan menghilang.”

“Kenapa begitu?”

“Itu karena manusia itu sendiri yang mengabaikannya. Sama seperti ketika kamu ingin berbuat salah, nuranimu berkata bahwa itu perbuatan yang salah. Jika kamu mendengarkannya, maka nuranimu akan bertahan dalam dirimu. Tapi jika kamu mengabaikannya, maka nuranimu akan menghilang nantinya karena memang tidak dibutuhkan oleh pemiliknya.”

“Jadi alasan kamu ada di dalam kepalaku sampai saat ini?”

“Karena kamu memang butuh aku. Dalam setiap langkahmu di hidup ini, kamu selalu menimbang-nimbangnya dengan baik, resiko dan kebaikannya. Kamu yang membentuk aku jadi semakin kuat, bukan sebaliknya.”

“Apa setelah aku tahu kamu ini apa, kamu akan menghilang?”

“Tidak. Aku enggak akan hilang selama kamu tidak pernah mengabaikan nuranimu, Rari.”

 

Setelah kembali dari gerbong makan, Rari dan Dokter Ian duduk kembali di kursi mereka. Rari sibuk dengan laptopnya sementara kali ini giliran Dokter Ian yang tertidur.

Buk!

Rari yang sibuk dengan laptopnya mendadak langsung menolehkan kepalanya ketika melihat kepala Dokter Ian yang sedang tertidur jatuh mendarat di bahunya.

Sial!  Rari bersiap mendorong kepala Dokter Ian menjauh dari bahunya tapi Rari ingat tadi kepalanya juga sempat bersandar di bahu Dokter Ian ketika sedang tertidur. Jadi … Rari mengurungkan niatnya untuk mendorong kepala Dokter Ian dan memilih membiarkannya di bahunya.

Lihat selengkapnya