KAPAN NIKAH?

Snowflakemlet
Chapter #2

#2 Anak Teman Mama

SEMINGGU KEMUDIAN

"Hufh..." Ibuku menghela nafas dengan dramatis.

"Mama apaan sih?? Mau aku beliin obat asma?"

"Kamu tuh nggak peka sih...Mama males deh."

"Lah...ya Mama hah huh hah huh aja ya mana Yura tau?? Emangnya Yura Edward Cullen bisa baca pikiran Mama??"

"Siapa itu Edward Cullen?"

Yura memutar bola matanya sebal, "Ya terus kenapa??"

"Mama pusing kondangan melulu."

"Ya nggak usah kondangan??"

Tante Mieke, Ibu dari Yura, refleks menoleh dan menatap sebal putrinya yang ceplas-ceplos itu. "Gimana bisa Mama nggak dateng?? Tante Meisye itu kan teman dekat Mama! Mama tuh pusing karena Mama terus yang kondangan, kapan Mama bisa gelar hajatan juga kayak yang lain?"

"Mulai deh mulai..." ucap Yura malas.

"Ya teman-teman Mama tuh nanyain terus kenapa kamu nggak nikah-nikah. Mama sampai bingung harus jawab apalagi. Tetangga juga pada nanyain–"

"Jadi Yura harus nikah biar Mama nggak ditanyain lagi sama tetangga dan temen-temen Mama? Kalo seandainya, amit-amit, terjadi sesuatu sama rumah tangga Yura, mereka bakal berbuat apa kira-kira?"

"Ya nggak gitu maksud Mama, Yura...kamu tuh negative thinking aja deh!"

"Ya kalo nikah tuh harus dipikirin jelek-jeleknya dulu lah Mah! Bukan cuma seneng-seneng acara sehari. Yura tuh bukan nggak mau nikah, tapi maunya nyari yang cocok bukan main asal nikah terus selesai."

"Ya udahlah terserah kamu aja...Mama cuma mau bilang kalau kamu kelamaan nyari yang ada kamu nggak dapet-dapet."

"Ya nggak apa-apa sendiri ju–AH! Mama!" Sungut Yura ketika sang ibu mencubit pelan pahanya.

"Kamu tuh kalo ngomong suka nggak dipikir..."

"Lagi nyetir nih...nanti kenapa-napa loh," sungut Yura mengusap pahanya. "Coba dong Mama bilangin gini juga ke Mas Yohan! Yura terus yang kena..."

"Halah sama aja kamu tuh sama Mas mu," ucap Tante Mieke. Setelah beberapa waktu berkendara, mereka pun tiba di sebuah gedung berhiaskan janur kuning dan rangkaian bunga bertuliskan ucapan selamat atas pernikahan kedua mempelai.

Yura turun dari mobil dan mengikuti sang Ibu memasuki gedung. Saat pandangan Tante Mieke berpendar mencari sosok-sosok yang beliau kenal, mata Yura men-scanning makanan apa yang bisa ia nikmati di acara itu karena toh dia juga tak mengenal siapa yang punya acara.

"Yura! Ayo! Salaman dulu," ucap Tante Mieke menarik Yura menuju pelaminan.

"Mama aja sih, kan Yura nggak kenal!"

"Hih! Biar ketularan! Nanti kalau bisa kamu curi itu kembang mempelai perempuannya!" Ucap Tante Mieke bersemangat. Dengan malas, Yura pun mengikuti sang ibu ke pelaminan tentu saja hanya untuk bersalaman, dan tak berencana untuk menjalankan misi mencuri bunga. Mereka pun mengantri dan Yura bisa melihat keseluruhan isi gedung dari pelaminan. Ia pun bersalaman dan memasang senyum karir karena tak mengenal kedua mempelai.

Lalu ketika akan turun terdengar teriakan "FOTO DULU!" Tante Mieke menoleh dan berteriak girang, "Astaga! Mini!" Seru Tante Mieke menyapa seorang wanita seusianya.

"Ya ampun Mieke! Eh foto dulu sama Meisye ayo! Sebentar–Josh! Sini! Fotoin Mama," ucap Tante Mini terlihat berbicara dengan seorang pria muda yang berdiri di depan panggung.

"Itu anakmu?"

"Iya. Ayo, ayo foto dulu!" Ucap Tante Mini menarik Tante Mieke yang kemudian menarik Yura dan mereka berfoto bersama mempelai. Setelahnya, Yura melihat sang Ibu menggandeng temannya itu dan berbincang sambil berbisik-bisik.

"Oh, ini anakmu??" Ucap Tante Mini yang tiba-tiba menoleh setelah turun dari panggung.

"Iya! Ayo salaman dulu!" Tante Mieke menarik Yura dan Ia pun menyalami mencium tangan Tante Mini. "Yura tante.."

"Yura masih single?"

"MASIH!" sambar Tante Mieke sebelum Yura bisa membalasnya. Disaat bersamaan, pria muda yang tadi mengambil foto, datang menghampiri.

"Josh, kenalin ini temen Mama, Tante Mieke sama anaknya, Yura," ucap Tante Mini memperkenalkan pria itu pada Yura dan Mamanya.

"Aduh gantengnya..."

"Makasih, Tante hehe..." balas Joshua tersenyum manis. "Joshua."

"Yura," balas Yura menjabat tangan Joshua. "Mah, Yura udah boleh makan belum?"

"Hush! Kamu tuh orang lagi dikenalin juga–" sungut Tante Mieke.

"Oh, Ya udah makan aja dulu Yura," ucap Tante Mini tertawa dan Yura bergegas menuju stand makanan karena Ia belum sarapan. "Kamu kalau mau makan, makan sana..."

"Mama mau apa?" Ucap Joshua men-scanning stand makanan di dalam sana.

"Nanti Mama ambil sendiri aja, gampang."

"Oke," ucap Joshua.

"Titip Yura ya Mas Josh," ledek Tante Mieke dan pria itu hanya tertawa renyah sebelum bergegas menuju stand makanan.

Yura menghela nafas lega dalam antrian pengambilan peralatan makan. Ia berhasil melarikan diri dari obrolan sang ibu dan Tante Mini. Insting bertahannya sudah bisa memprediksi apa yang kedua ibu-ibu itu akan bicarakan jika ia tetap di sana.

"Kabur?"

"Huh?" Yura menoleh dan terkejut mendapati Joshua sudah ikut antri di belakangnya. "Ah, i-itu–"

"Aku laper juga...and running away too," balas pria itu tertawa.

"Ah...oke," ucap Yura lega karena sepertinya pria itu berpikiran sama dengannya. Mereka pun mengantri dengan damai dan Yura memilih spot yang jauh dari jangkauan pandang para ibu-ibu agar bisa menikmati makanannya dengan damai, dan yang tak ia sangka, Joshua juga memilih spot yang sama dengannya.

"Maaf, Mas, bukannya gimana-gimana...tapi kalau kita ketahuan berduaan gini malah makin seneng nggak sih Ibu-ibu itu?"

"Mereka nggak bisa lihat kok? Lagi asyik ngerumpi," ucap Joshua memantau ibunya dari kejauhan.

"Serius?" Ucap Yura menoleh dan turut memantau ibunya dari kejauhan.

"Kalau aku di sana, pasti ditanya-tanya soal status dan kerjaan. And what's worse, Aku rasa mereka lagi plotting buat ngenalin kita."

"Woah...insting bertahannya tajam juga," ucap Yura kagum karena pria itu tak jauh berbeda dengannya. "Udah sering dijodoh-jodohin karena nggak nikah-nikah pasti!"

"Yeah...dari Mamaku maksa minta ditemenin, somehow I know I'll end up with this. Tapi ya karena aku juga tinggal berdua sama Mamaku, jadi ya siapa lagi yang mau anter kalau mau kemana-mana."

Lihat selengkapnya