"Balik gue, jangan berduaan lo, ketiganya syaiton," balas Joshua membereskan barangnya.
"Bacot. Udah sana lu ah," sungut Yohan mengusir temannya itu. Suasana kantor sudah semakin sepi sore menjelang petang itu. Yohan menatap layar komputernya, men-scrolling Youtube dengan ekspresi bosan tergambar di wajahnya.
"Joshua pulang?"
"Huh?" Yohan menoleh dan mendapati Lidya kembali dari pantry. "Jo–iya, baru aja pulang."
"Jadi, keputusannya apa?"
"Apa?"
"Loh dia nggak cerita kah ke kamu? Katanya lagi galau, weekend ini dia disuruh ketemuan sama anak dari temen nyokapnya. Dari tadi belum bisa mutusin mau gimana."
"Anak temen nyokapnya??" Ucap Yohan merasa ada yang aneh dengan ini semua. "Apa jangan-jangan...Ah! Nggak mungkin–" gumam Yohan menggelengkan kepalanya.
"Nggak mungkin kenapa?"
"Nggak, nggak apa-apa," ucapnya menghela nafas. Ia terdiam sejenak hingga akhirnya mematikan komputernya lalu bangkit dan menghampiri Lidya di meja belakangnya. Ia meraih cangkir kopi wanita itu dan menenggaknya.
"AH ITU KOPIKU!!" Sungut Lidya memukul sebal pria itu dan yang dipukul hanya terkekeh usil. "Bikin sendiri lah kalo mau!"
"Aku ganti sih ya elah..." ucap Yohan santai.
"Enak banget kalo ngomong," sungut Lidya sebal.
"Udah waktunya pulang. Matiin udah terus pulang, ayo aku ganti kopinya."
Lidya menatap sebal pria itu, "Tinggal bilang mau ngajakin ngopi apa susahnya?"
"Ya udah ayo ngopi."
"Harusnya bilang dari tadi biar aku nggak perlu bikin kopi!"
"Ya udah ayo! Matiin buruan nanti deket magrib malah macet! Buruan! Aku balik dari pantry, udah mati tuh ya komputer??"
"Bodo."
"Aku ke pantry sekarang," ucap Yohan namun Lidya mengabaikannya hingga ia pun kembali dan meraih tangan Lidya di atas mouse dan digerakkannya menuju tombol windows dan shut down hingga komputer pun mati.
"NGGAK KE SAVE JADINYA AH ELAH!"
"Nge-save apaan?? Orang kamu buka browser doang kamu pikir aku nggak lihat kah?? Lagian orang kerjaan juga udah pada beres, alesan aja...udah ayo!" Ucap Yohan menarik Lidya agar ikut bersamanya dan gadis itu pun mengikutinya dengan malas.
—
Sepulang kerja, Yura mampir sejenak ke mall terdekat. Ia melepas penat dengan bertandang ke toko buku untuk memberi beberapa buku serta beberapa peralatan tulis lalu berjalan-jalan sejenak sembari memikirkan ingin membeli camilan apa untuk dibawa pulang sebagai snack malam. Ia berjalan berkeliling Mall sembari memeriksa ponselnya hingga hampir saja tak sengaja menabrak seseorang yang baru keluar dari sebuah cafe di dalam mall.
"Oh??" Ucap keduanya bersamaan. "Mas Jo?"
"Yura?" Balas Joshua memperhatikan sekitar, berpikir Yura datang bersama orang lain. "Sendirian?"
"Iya. Aku dari kantor habis jajan...dan lagi cari jajanan yang bisa dimakan."
"Midnight snack?"
"Yeah, agak susah tidur kalo nggak nyemil dulu."
"Sama dong? Aku juga habis jajan," ucap Joshua menunjukkan jajanannya.
"Oh, kita punya habit yang sama, suka ngemil tengah malem," ucap Yura dalam hati.
"Tau gitu bareng aja, sekalian ngemil bareng."
"Ooh...agak flirty. Apakah ini masuk ke kategori red flag?" Gumam Yura. "Itu–Astaga!" Seru Yura ketika matanya menangkap sosok Yohan dari kejauhan.
"Kenap–woah!" Seru Joshua terkejut ketika Yura tiba-tiba mendorongnya masuk kembali ke dalam kafe. "K-Kenapa??"
"I-Itu–" gumam Yura bingung. Ia tak ingin Yohan bertemu Joshua karena tak mau kakaknya itu bicara aneh-aneh tanpa tahu bahwa keduanya adalah teman sekantor. "Ah! M-Mas! Kan Mama Mas minta ketemuan ya weekend ini?"
"Y-Ya...begitulah..." ucap Joshua canggung.
"Want to talk about it?" Ucap Yura mengarahkan Joshua ke bagian dalam kafe agar tak terlihat oleh Yohan jika pria itu kebetulan lewat.
—
"Yuk?"
"Eeeh bentar! Bentar!" Ucap Yohan menahan Lidya yang baru keluar dari toilet.
"Kenapa?"
"N-Ngopi tempat lain aja yuk?"