Sore, di sebuah ruangan tanpa hiasan apapun di dinding. Dengan pintu kaca yang transparan, tapi bisa diatur agar apapun yang ada di dalamnya bisa terlihat atau tidak. Tidak ada apa-apa lagi disana selain sebuah kasur, yang berisi seorang manusia yang sedang terlelap, dan Dia adalah pemeran utama di novel ini. Yang telah diketahui bernama “Darwin”, lengkapnya “Darwin Archimedes”, lebih lengkapnya lagi “Darwin Archimedes Dinata”. Meski nama depan dan nama tengahnya mengandung unsur luar negeri, tapi tidak nampak sedikitpun mencerminkan pada bentuk muka ataupun perawakanya. Kita harus menanyakan pada orang yang memberikan nama padanya, jika ingin protes atau ada pertanyaan. Yang sayangnya tidak bisa lagi dilakukan, karena mereka sudah tiada.
Ruangan ini tidak seperti ruangan pada umumnya, berbentuk segi enam jika dilihat dari depan, dicat putih, dan tersembunyi. Di dalam gedung fasilitas riset rahasia Negara, tempat Darwin bekerja yang diceritakan sebelumnya. Dan Ia telah berada disana setelah selesai menyetor skripsi, meski telah berganti dengan pakaian dinasnya, yang berupa baju tahan api lengan panjang, polos berwarna krem, yang celana dan bajunya disambung, seperti baju penerjun. Yang ketika akan dipakai harus dari depan, memasukan bagian kaki terlebih dahulu, lalu tangan, dan menarik resleting di bagian depan untuk menyempurnakanya.
Sendirian, dengan diterangi cahaya lampu LED yang ditanam di atas dan samping ruangan, menandakan ruangan ini sudah canggih secara teknologi. Tapi hanya ruangan itulah yang terlihat terang sepanjang lorong, mungkin akan seram juga kalau ruangan itu dimatikan lampunya, sebab itulah ketika Ia tidur lampunya tetap menyala, meski cahayanya akan mengganggu mata ketika terpejam.
Sekarang alarm berbunyi, dari hp yang telah disetting sebelumnya. Dengan berat Ia membuka mata, dan berusaha mengumpulkan kemampuan motorik untuk bangkit dari kasur. Terasa hentakan hebat di tulang belakang, ketika serat otot mulai menarik setiap susunan rangka, yang sama sekali tidak pernah Ia gerakkan untuk berolah raga.
“Awww!!” Teriakkan pemuda 26 tahun, yang nampaknya mengalami gejala awal osteoporosis.
Dengan usaha yang banyak, Ia menjangkau tulang punggung dengan tangan kirinya, mungkin mencoba meluruskanya secara manual. Dengan ekspresi seperti orang berumur, Ia memfokuskan semua tenaga pada tangan kiri itu, berharap sakit di punggungnya bisa cepat mereda, tanpa bantuan obat atau koyo. Ini merupakan pelajaran bagi kita semua untuk rajin berolahraga, teman-teman!
Setelah dirasa mampu berdiri, Ia mematikan alarm dan memasukan hp pada salah satu dari sekian banyak kantong di pakaianya. Tidak hanya hp saja benda teknologi yang ada di badanya, obeng, tang, kunci inggris, sampai alat pengatur suhu, semuanya lengkap sedia terselip di pakaianya. Meski saat tidur Ia meletakan semua alatnya di meja, tentusaja. Sebagai mekanik yang sudah teruji memperbaiki komputer rusak, semua peralatan itu wajib berada di sisinya. Karena dengan posisinya saat ini, sebagai kepala bagian pengontrolan hardware, software dan alat riset Badan Teknologi dan Riset Nasonal, Ia mempunyai tanggung jawab besar menjaga keberlangsungan penelitian untuk menciptakan Pahlawan Nasional, meski Ia sudah membocorkan informasi Negara pada rakyat sipil sebelumnya.
Dan dengan kesadaran penuh, sekarang Ia mulai bekerja. Karena Ia seorang kepala bagian pengontrolan, maka tempat yang harusnya Ia berada adalah ruang kontrol. Semua kesehatan alat teknologi di fasilitas itu, bisa Ia lihat dalam sebuah layar. Meski sesekali Ia harus mengecek secara langsung ke setiap benda listrik yang ada disana, tapi tidak termasuk mesin minum dan snack otomatis tentunya. Dan untuk mengontrol fasilitas Negara sebesar ini (Besar rincianya penulis belum sempat mengukur) tentusaja Ia tidak sendirian, Ia mempunyai 15 bawahan. Oh ia, sebelumnya penulis mengatakan kalau Ia adalah kepala bagian, dengan penjelasan itu saja secara otomatis Ia mengepalai bawahan-bawahan, jadi tidak perlu lagi dijelaskan kalau Ia punya bawahan, meski telah terlanjur dijelaskan bahwa Ia punya 15 bawahan.
Dan karena ini sudah sore, mereka yang ada di ruang kontrol atau sebagian besar pekerja di fasilitas ini, sudah bersiap-siap untuk pulang. Menyisakan para penjaga dan pekerja shift malam. Dan kebetulan, karena Darwin baru saja bangun, maka otomatis Ia pasti kebagian shift malam. Atau karena Ia seorang kepala bagian, maka Ia punya wewenang untuk mengatur jadwal kerjanya sendiri, yang penting tidak ada masalah apapun pada alat-alat di fasilitas itu kan?
Beberapa jam berlalu. Bosan berada di ruang kontrol, Darwin mulai pergi mencari kudapan di dapur fasilitas, yang bisa kita tebak pasti sangat mewah. Meski ini sudah menunjukan jam 10 malam, dan pasti semua juru masak sudah tidak berdinas lagi. Sesuai yang tertulis di judul kapter, yaitu ‘kopi’. Ia mulai meracik kopi dengan bantuan sendok dan air panas, dari dispenser. Dengan diaduk seadanya sesuai arah jarum jam, kopi sudah selesai dibuat, dan segera direlokasi dari dapur itu, yang ternyata dijaga ketat oleh seorang petugas di bagian pintu, yang untungnya Ia punya tanda pengenal legal untuk digunakan keluar dan masuk sesuka hatinya.
Sekarang Ia menenteng dua buah cangkir yang terisi penuh, di lorong yang kosong penuh dengan kehampaan, di tempat ini tak ada beda antara siang atau malam, karena setiap saat lampu bertegangan tinggi menyinari setiap sudut. Dengan keadaan itu, Ia tidak perlu merasa takut, karena sesekali juga berpapasan dengan penjaga yang berkeliling memantau.
Dua buah cangkir, Ia akan meminum keduanya? Atau Ia membuatkan cangkir satunya untuk orang lain?
“Malam Pak! ..........Kopi?” Darwin, menawarkan pada lelaki paruh baya berpakaian dokter. Di Lab yang penuh alat canggih, yang sengaja Ia masuki dengan otoritasnya sebagai tukang servis.
“Darwin! Kebagian shift malam?” Lelaki paruh baya, menjawab sambil bekerja mengawasi sesuatu di layar besar. Nampaknya sesuatu yang penting!
“Tidak juga Pak. Saya baru bangun tadi sore, jadi baru bekerja sekarang untuk memenuhi kebutuhan absen 8 jam perhari!” Darwin, mulai duduk dan menikmati air kopi yang memenuhi cangkirnya.
“Dengan menyuruh lagi bawahanmu yang kebagian shift malam pulang?” Sambil tetap multi tasking, mengobrol dan bekerja.
“Iya!”
“Baik sekali! Biasanya kerja shift malam adalah sesuatu yang dilempar oleh atasan pada bawahanya.”
“Tidak seperti itu Pak! Itu karena Saya baru bangun saja, jadi mata dan fikiran masih melek. Dan mungkin akan mengantuk lagi, besok siang!”
“Masih menggunakan ruangan itu lagi?”
“Ya! Terimakasih karena sudah mengijinkan saya tidur di ruangan itu Pak!”
“Itu bukan masalah besar! Tapi jangan gunakan pada saat ada pengawas disini! Karena sebenarnya ruangan itu digunakan untuk subjek penelitian, sebelum dan sesudah transformasi genetika, untuk menghindari potensi stress.” Menjelaskan dengan seksama,
“Siap Pak!” Sambil mencoba memahami apa yang dikatakan, kata demi kata.
.....................................................
“Nampaknya anda bekerja terlalu keras Pak!” Darwin, menghawatirkan lawan bicaranya.
“Mau bagaimana lagi! Saat kita mengerjakan sesuatu yang kita sukai, satuan waktu seperti tidak berlaku lagi. Apalagi jika menyangkut tanggung jawab, itu akan membuat kita tidak bisa memalingkan fikiran darinya, dan juga mengganggu saat akan memejamkan mata. Daripada gelisah karena tidak bisa tidur, lebih baik disini. Nanti juga kalau lelah, akan ketiduran sendiri! Ya Kan?”
“Saya sangat mengerti hal itu!” Darwin, berkaca pada dirinya saat mengerjakan skripsi.
“Bagaimana dengan skripsi-mu?” Si bapak, yang seperti punya intuisi tajam. Karena Darwin sedang mengingat itu dalam fikiranya.
“Sudah diterima Pak!”
“Kalau begitu selamat atas gelar Magister-nya!”
“Kalau itu belum pasti Pak! Karena masih menunggu sidang 6 bulan lagi.”
“Kalau Kamu, yakinlah pasti bisa kalau hanya so’al sidang mah!”
“Iya, do’akan saja yang terbaik Pak!”
“Semoga saja setelah ini, Kamu bisa lebih sering menemani pria tua ini mengobrol. Seperti, saat sebelum Kamu sibuk membuat skripsi! Ngomong-ngomong sejak kapan kita sering minum bersama seperti ini?”
“Sejak setahun yang lalu Pak!”
Satu tahun yang lalu, di tempat yang sama.
“Asep! Asep! Tolong buatkan aku Kopi!” Si bapak paruh baya ini memanggil-manggil seseorang.
“.......!!” Darwin, kebetulan sedang berada di situ. Sedang memback-up data pada hardisk, yang harus rutin dijalankanya.
“Asep! Sep!” Masih berteriak,
“Ia Pak!” Darwin menjawabnya, meski panggilan itu bukan ditujukan kepadanya. Mungkin Ia tak bisa membiarkan Pria paruh baya berteriak di malam hari, dan teriakanya juga cukup menggema, meski posisinya dipisah oleh beberapa sekat lemari besi.
Darwin lalu pergi ke dapur untuk membuatkan kopi, dan kembali lagi ke lab itu.
“Lho! Kemana Asep?” Si Bapak, ketika Darwin menyerahkan kopi itu.
“Ini jam 2 pagi Pak, sementara jam kerja Asep sampai pukul 10 malam!”
“Oh ya? Astaga, sudah selarut ini ternyata! Tunggu, Kamu siapa? Dan sedang apa disini?”
“Saya Darwin! Ah, ini tanda pengenal Saya, tertulis kepala bagian pengawasan Hardware dan Software! Dan saya sedang memback-up data rutinan Pak!” Sambil menunjukan tanda pengenal yang digantungkan di lehernya.
“Oh begitu! Aku Profesor Setiadi, orang yang bertanggung jawab di pusat riset ini. Maaf sebelumnya, kukira suara berisik itu Asep yang sedang bersih-bersih!” Nampaknya si Asep ini adalah petugas kebersihan disana, dan identitas si bapak paruh baya ini ternyata seorang professor.