KAPTEN - SEBUAH CERITA PAHLAWAN NASIONAL

Herlan Herdiana
Chapter #4

4. Keputusan

“Jeruk hangat Pak?” Darwin, memulai lagi pembicaraan dengan Profesor Setiadi.

“Iya, Terimakasih! Benar-benar tidak ada kopi ya sekarang?” Profesor, sambil mengoperasikan layar sentuh di depanya.

“Jangan khawatir! Saya juga minum jus yang sama.”

“Padahal aku fikir, ketika disini aku bisa bebas! Setelah di rumah diawasi dengan sangat ketat.”

“Ini semua demi kesehatan anda sendiri Pak! Tapi saya mungkin bisa menemani anda ke warung kopi, kapan-kapan kalau sedang senggang.”

“Kalau untuk itu aku tidak bisa. Kau tahu dengan kecanggihan teknologi jaman sekarang, Aku benar-benar bisa dilacak! Dia benar-benar sangat protektif, semua pegawai disini sudah diperingatkan untuk tidak membuatkanku kopi, bahkan jika aku yang memintanya sendiri! Sebelum ini, Kamulah harapanku satu-satunya dan sekarang harapanku sudah hilang, sejak Dia sudah memperingatkanmu juga!”

“(Apa? Diperingatkan? Aku benar-benar ingin! Apa aku sudah mengambil langkah yang salah? Seharusnya aku tetap membuat kopi saja sampai diperingatkan!)” Kata hati Darwin,

“Iya.......... katanya kesehatan anda sangatlah penting!” Darwin, yang sudah berubah menjadi pembohong.

Penulis mengerti kenapa Darwin harus berbohong. Karena kalau mengatakan Ia tak pernah diperingatkan, dan melakukanya karena inisiatif sendiri, maka secara otomatis Ia ketahuan sudah memperhatikan percakapan Profesor dan Lavender sebelumnya. Dan jika ada kepedulian, maka disitu terdapat rasa sayang, dan Darwin tak ingin ketahuan bahwa Ia suka pada Lavender. Meski kemungkinan itu sangat kecil, tapi Ia tak ingin ada celah sedikitpun. Perasaan itu harus tetap Ia jaga, sampai Ia bisa mengatakanya sendiri.

Ada sebuah teori, kalau ingin mencapai sesuatu maka yang pertama dibutuhkan adalah menyukainya, lalu rasa ingin tahu, dan ketiga kepedulian. Dan Itu juga berlaku pada manusia, ketika kita menyukai seseorang maka kemampuan stalking kita akan sangat meningkat, rasa ingin tahu akan selalu mencari kesempatan dan celah untuk menemukan informasi yang berguna ataupun tidak berguna. Dan percaya atau tidak, hal yang sebelumnya kita tidak sukai, akan mulai kita pedulikan jika itu telah di sukai oleh orang yang kita sukai. Atau hal-hal kecil seperti dilarang minum kopi tadi, Secara tidak langsung Darwin telah tersugesti untuk tidak membuatnya ketika berada di dapur, karena kata-kata Lavender saat itu sangat mengiang di fikiranya. Meski saat ini Ia sangat menyesal, karena ingin diperingati secara langsung, sekaligus mendapat kesempatan untuk bicara lebih dekat.

“Jadi begitu ya............”

“Oh Ia Profesor! Saya ingin tahu, kekuatan apa yang akan didapat dari pahlawan ini ketika sudah berhasil ditransformasi nanti?”

“Kau sudah lihat katak kita si Olvis?”

Olvis adalah katak hasil percobaan disini,

“Iya Pak!”

“Kurang lebih seperti itulah kemampuan yang akan Ia peroleh!”

“Jadi Ia hanya akan kebal senjata dan tidak dapat terluka saja! Berarti kemampuan lainya seperti ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan, itu harus dipunyainya sejak sebelum melakukan transformasi?”

“Ya!”

“Berarti audisi itu akan sangat sulit ya! (Untung saja aku tidak mendaftar)”

“Enggak juga! Kita tinggal mengambil salah seorang yang terbaik dari tentara atau polisi saja.”

“Lalu untuk apa diadakan audisi?”

“Antusiasme! Masyarakat harus diberi tahu, kalau pahlawanya nanti berasal dari mereka. Kamu tahu sendiri kan, tingkat kepercayaan masyarakat pada polisi dan tentara sangat rendah sekarang. Tapi jangan bilang pada siapapun, ini sangat rahasia!” Sambil setengah berbisik di kalimat akhir.

 “(Tenang saja pak, aku sangat mengerti dan sudah sering melakukanya!)” So’al membocorkan rahasia Negara.

Lihat selengkapnya