Darwin datang, keluar dari tempat parkir dan halaman Mall. Meski Ia tidak membayar biaya parkirnya, karena semua petugas sudah mengevakuasi diri. Dengan memakai helm full face dan pakaian kerjanya yang masih baru, yang dari pengamatan penulis nampaknya sebentar lagi akan segera rusak. Ia keluar dari arah si Anak SMP berlari, membuat posisinya sekarang berhadapan langsung dengan Kasuari. Dengan rasa percaya diri tinggi, Ia mencoba menjalankan motor itu dengan sekeren mungkin, meski nampaknya Ia tidak punya rencana yang bagus untuk melawan burung itu sekarang.
Kemungkinan besar Darwin tidak sadar, niatnya saat ini sama dengan do’a yang diucapkan Lavender sebelumnya. Membuatnya terlihat diharapkan dan sangat keren sekarang, meski seharusnya Ia bisa datang lebih cepat, kalau saja Ia tidak terpeleset saat di pagar.
Lalu tiba-tiba motor itu melaju kencang dengan tidak mulus,
“WOAAH! MENGAPA TIBA-TIBA BENDA INI MELONCAT!” Darwin, yang kaget karena barusaja melakukan setengah standing.
Dan sekarang motor ini bergerak seperti tidak terkendali, meski arah tujuanya tepat ke arah burung Kasuari.
“Kubilang lepaskan koplingnya dengan pelan!” Bos Fahmi, yang mengatakan itu lewat alat komunikasi.
Burung Kasuari menghentikan langkahnya, lalu menunggu Darwin dan motor itu datang. Setelah jaraknya kurang lebih 3 meter darinya, burung Kasuari itu mengeluarkan perisai tidak terlihat di depan arah laju motor. Karena penulis tadi bilang itu tidak terlihat, maka dengan mulus perisai itu ditabrak oleh Darwin, meski jika itu terlihatpun nampaknya Darwin tidak bisa menghindarinya juga.
“BRAKKKK!” Dengan sangat kencang, membuat bagian depan motor itu hancur.
Darwin terlempar dari jok, ke arah depan tepat burung Kasuari berdiri. Sementara Burung Kasuari itu sendiri masih berdiri tegap dengan percaya diri, karena secara penjelasan ilmiah, sekarang Ia menyelimuti dirinya dengan perisai yang sama dengan yang dikeluarkanya tadi, di sekujur tubuhnya. Jadi Ia merasa, tubuh Darwin yang terlempar tidak akan melukainya sama sekali.
“Prakkk!!” Terdengar suara seperti keramik pecah saat Darwin mengenai perisai di tubuh Kasuari.
“BRUKKKKK!” Perisai itu pecah dan kedua tubuh itu beradu kencang, karena sekarang Darwin bukan manusia biasa, tubuhnya mampu memberikan hentakan pada Kasuari dan membuatnya tumbang. Kini kedua makhluk berbeda spesies itu berguling-guling di aspal sejauh beberapa meter, dan membentuk hurup “Y” jika diambil dari sudut pertama kali Darwin menyerang.
“ADUUUUHHH!” Darwin, sambil tergeletak kejang-kejang dan memegangi beberapa bagian punggungnya.
“Jangan bercanda disaat seperti ini!” Bos Fahmi,
“Kau benar! Aku lupa kalau sekarang punya kekuatan super.” Darwin,
Darwin bangkit, dan melihat Lavender berada cukup dekat denganya. Yang entah kenapa Ia tidak berlari dan malah menonton semua kejadian tadi.
“CEPAT LARI!” Darwin, pada Lavender. Yang harus berteriak karena terpaut jarak kurang lebih 15 meter.
Lavender berlari ke arah anak SMP tadi, yang entah kenapa juga, Ia berhenti berlari dan menonton semua kejadian tadi.
“Harusnya Kau melepas helm-mu saat bicara tadi!” Bos Fahmi,
“Itu tidak penting sekarang!” Darwin,
“Masih saja mencoba bertingkah keren! Jika Kau membuka helm, setidaknya Ia akan mengingatmu!”
Disaat yang sama, Lavender di dalam benaknya merasa pernah mendengar suara yang meneriakinya dibalik helm. Tapi siapa? Dan pernah bertemu dimananya Ia tidak tahu. Nasib orang yang mudah dilupakan!
Burung Kasuari sudah bangkit dan sedang bersiap-siap bertarung kembali, Darwin yang sudah berdiri dari tadi, akan mencoba mengulur waktu untuk memastikan kalau Lavender dan anak SMP melarikan diri sejauh mungkin. Kini mereka saling berhadapan, dengan beda tinggi tubuh hampir setengahnya, Darwin tetap berusaha untuk tegak berdiri, karena Dia punya keyakinan kalau dirinya tidak akan terluka, atau mati dalam pertarungan ini. Tapi dibalik itu juga, Ia sebenarnya tidak tahu cara untuk mengalahkan makhluk ini.
“Punya rencana?” Bos Fahmi, dari kejauhan masih mengamati mereka.
“Ada satu! Tapi kenapa Dia hanya memandangiku? Bukankah Cendrawasih itu burung yang agresif?”
“Sifat alaminya memang agresif, dan Ia termasuk makhluk dengan otak yang kecil, tapi jika so’al pertarungan, mereka sangat berpengalaman. Kau harus hati-hati! Karena Dia sedang serius. Dan sudah kubilang berapa kali kalau itu Kasuari, bukan Cendrawasih!” Bos Fahmi,
“Ya! Aku hanya perlu menubruknya seperti tadi, jika dengan daya seperti itu saja bisa membuatnya tersungkur, apalagi jika Aku menggunakan kekuatan penuh, pasti itu akan membuatnya terluka atau mungkin mati! Juga jika difikir-fikir, hanya itulah yang Aku bisa sekarang!”
“Berapa jumlah kekuatanmu sekarang? (Berapa kali Kau bisa kentut?)”
“Lima!”
“Bukankah biasanya tujuh!”
“Tadi aku menggunakan dua di toilet!”
“Baiklah, lakukan sebelum semua kekuatanmu habis!”
“Sebenarnya Aku hanya butuh satu saja!” Bersiap melakukan kuda-kuda untuk meluncur, dengan memiringkan tubuhnya lalu berjongkok.
Dan Darwin sudah meluncur sekarang! Dengan kecepatan penuh, dan hampir tidak terlihat dengan mata biasa dan mata batin tentunya. Ia meluncur lurus ke arah Kasuari itu dengan kekuatan dan kecepatan, yang lebih baik dari yang pernah Ia tunjukan ketika melubangi spiteng. Jika beton tebal saja bisa hancur, maka Ia yakin kalau kecepatan dan kekuatan itu bisa melukai burung Kasuari ini.
Dan burung Kasuari itu menghindarinya! Dengan sangat mulus ke arah samping, karena meskipun cepat dan kuat tapi arah gerakanya mudah ditebak, karena hanya bergerak secara lurus saja. Dan Darwin sekarang kembali ke Mall dengan merusak beberapa lapis pagar, trotoar, dan juga pintu kaca Mall.
“DIA BISA MENGHINDAR?” Darwin, sambil bangkit dari etalase yang baru saja Ia rusak.
“Tentusaja! Karena Dia hidup dan bernyawa.”
“Baiklah!” Sambil melepaskan helm, karena kacanya sudah pecah, beberapa bagian retak dan bentuknya sudah tidak karuan. Tapi jangan khawatir, karena kita semua tahu kalau kepalanya saat ini lebih kuat dari helm itu.
Darwin lalu menyiapkan serangan kedua dari dalam Mall, dengan gerakan yang sama seperti tadi.