KAPTEN - SEBUAH CERITA PAHLAWAN NASIONAL

Herlan Herdiana
Chapter #9

9. Akhir dari Kasuari

“Apa Dia tampan?” Darwin,

“Tidak tahu, Dia memakai helm! Tapi Dia tinggi dan atletis. Tunggu! Kenapa Kau menanyakan hal itu?” Bos Fahmi,

Lavender dan anak SMP berhenti berlari dan malah menonton semua kejadian itu.

“CEPAT SEMBUNYI KE BANGUNAN ITU!” Darwin, menunjuk pada bangunan ruko yang kurang lebih 30 meter dari mereka. Karena jika berlari lagi di jalan raya, mereka akan jadi sasaran lagi.

Lavender segera menuntun anak SMP tadi menjauh ke arah bangunan yang ditunjukan. Sambil bertanya dalam hati, siapa Dia? Nampaknya pernah bertemu, tapi dimana? Dan kapan? Nasib orang yang tidak memberikan kesan.

Kembali lagi ke burung Kasuari, yang kini telah berdiri.

Menyadari dirinya kini sedang dikeroyok, burung Kasuari ini hanya diam saja. Tapi terlihat sedang memusatkan energi pada punggungnya, karena punggungnya memancarkan sinar biru sekarang. Bulu-bulu di punggungnya berdiri, tapi bukan tandanya Ia sedang takut atau merinding, karena bulu-bulunya ini terlihat tajam pada bagian ujung. Kini seluruh badan burung Kasuari ini mengeluarkan getaran aneh, dan sekarang sinar biru dari badanya mulai masuk ke bulu-bulu yang berdiri tajam tadi.

“.............!!!!!!!!!!” Darwin, Bos Fahmi, Dan orang yang baru saja datang tadi.

Bos Fahmi bersembunyi dibalik pagar tembok,

Sementara Darwin pergi berlari ke arah Lavender dan anak SMP,

Dan bulu-bulu itu melesat keluar! Seperti anak panah yang meluncur dari busur ke segala arah! Darwin masih mencoba berlari, menyelamatkan Lavender dan anak SMP dari beberapa anak panah yang mengarah pada mereka.

Sementara lelaki yang baru saja datang, menyarungkan senapanya di punggung, lalu menekan sebuah alat di gesper bajunya, dan fungsi alat itu membuat waktu disekitarnya berhenti, terlihat dari posisi lari Darwin yang kedua kakinya sedang tidak berpijak di tanah. Lelaki itu lalu berlari melewati bulu-bulu yang melesat terbang tadi, ternyata kekuatan yang dikeluarkanya bukan membuat waktu dan pergerakan terhenti, tapi membuat tubuhnya bergerak sangat cepat, dan semua hal disekitarnya bergerak sangat lambat, sehingga semuanya seakan berhenti saat Ia bergerak bebas.

Kini lelaki ini berada di depan Darwin, untuk membelokan bulu-bulu yang mengarah padanya. Darwin yang saat itu sedang melayang tidak menapak ke tanah, bergerak sangat lambat dan tidak peduli dengan apapun yang menyerangnya, karena saat ini tidak ada yang bisa melukai tubuhnya.

Lalu tiba-tiba mata Darwin bergerak ke arah Lelaki ini,

“Aku baik-baik saja! Selamatkanlah Lavender dan anak itu!” Darwin, yang bisa berbicara ketika waktu bergerak sangat lambat.

“........!!” Lelaki tadi  merasa heran, karena dirinya sedang dalam mode pelambatan waktu, dan seharusnya Ialah satu-satunya orang yang dapat bergerak bebas.

Lelaki itu lalu membiarkan Darwin dengan bulu-bulu yang mengarah kepadanya, dan beralih pada Lavender dan anak SMP tadi. Ia lalu membelokan semua bulu yang mengarah pada mereka, dan tidak lupa yang mengarah padanya juga, karena Ia tidak mempunyai ilmu kebal.

Lalu waktu kembali berjalan normal. Darwin terkena bulu-bulu itu dengan telak dan terpental ke samping tepat mengarah ke sebuah mobil, yang kini dibuat penyok olehnya. Sementara Bos Fahmi kembali keluar dari tempat persembunyianya,

“UWAAAH!” Melihat beberapa bulu menancap di pagar tembok beton, tempat Ia tadi sembunyi dari serangan.

“Kalian baik-baik saja?” Lelaki ini bertanya pada Lavender dan anak SMP,

“Ya kami tidak apa-apa!” Levender, dengan anak SMP yang ada dipelukan tangan kananya.

“Jangan khawatir! Sekarang kalian tidak perlu berlari lagi. Tetaplah disini, dan aku akan melindungi kalian!” Sambil memberikan senyuman penenang kepada anak SMP tadi,

Anak SMP itupun membalas senyumanya, dan kini Ia merasa tenang.

Burung Kasuari kembali menyerang! Kali ini Ia berlari ke arah tiga orang yang sedang berkumpul, karena tahu mereka tidak mempunyai ilmu kebal.

Lelaki ber-armor, yang bajunya mirip dengan pria yang ada di jilid ini, kemudian mengeluarkan kembali senapanya, yang sepertinya tidak perlu tali ketika menempel dipunggungnya. Dan Ia menembak burung Kasuari ini dengan proyektil seperti laser, yang sering kita lihat di film STARWARS.

Semua tembakanya kena, tapi tidak mempan karena burung Kasuari ini punya medan energi pelindung. Semua laser itu berhasil dibelokan ke arah samping, dan untungnya tidak ada orang disana, jadi kemungkinan besar tidak ada satupun yang akan terkena resiko peluru nyasar.

Lelaki itu lalu mengganti mode senapanya, dari mengeluarkan laser ke penghentak kumpulan energi udara, seperti saat Ia menembaknya pertama kali. Lalu senapan yang dibawanya mengeluarkan lubang yang menyedot udara di sekitarnya. Karena itu membutuhkan waktu, burung Kasuari ini menyadarinya dan bersiap untuk melakukan gerakan menghindar, sambil terus tetap berlari.

Lelaki itu menembak! Dan burung Kasuari ini menghindar! Tapi proyektil yang ditembakan masih laser STARWARS yang tadi, dan ternyata itu hanyalah sebagai pengalihan, karena serangan gelombang kedua datang ketika burung Kasuari belum berpijak di tanah, dan tentu saja itu adalah energi dari udara yang dikumpulkan tadi.

“BOOOM!!” Energi udara yang dihentakan itu mengenai burung Kasuari dengan sangat telak! Doronganya mampu menghempaskan dirinya ke belakang dengan sangat jauh, cukup jauh untuk menabrak perkantoran yang ada di sebrang jalan.

“Kalian tunggu disini!” Pada Lavender dan anak SMP tadi yang bersembunyi di belakangnya. Lelaki itu lalu menghampiri Darwin,

“Permisi Pak! Apa ketika bertarung tadi, Anda sudah tahu cara menembus perisai energinya?” Dengan bahasa formal,

“Saya tidak tahu tentang energi pelindung atau apapun! Tapi Saya bisa menyentuhnya, bahkan memegang kakinya! Apa itu tandanya Saya berhasil menembusnya?” Darwin, yang tengah terdiam di depan mobil yang baru saja dihancurkanya.

“Baiklah! Kalau begitu, apakah Aku bisa meminta bantuan Anda?”

Lihat selengkapnya