KAPTEN - SEBUAH CERITA PAHLAWAN NASIONAL

Herlan Herdiana
Chapter #10

10. Penjara

“Pak! Apa ketika tidur Aku melakukan hal yang aneh?” Darwin, pada petugas yang mengantarkan makan padanya. Dia bertanya seperti itu karena di tempatnya saat ini dikurung, dipasangi banyak kamera pengawas.

“Tidak tahu! Tugas Saya cuma mengantarkan makan saja!”

“Oh begitu! Ngomong-ngomong sekarang jam berapa Pak!” Sambil bersandar memegang jeruji yang memisahkan mereka.

“Jam 1 siang!”

“Berarti ini adalah makan siang! Maaf bertanya tentang itu, disini tidak ada jam ataupun cahaya matahari. Aku tidak tahu pengaturan waktu yang terjadi sekarang!”

“Makananya sesuai pesanan, 1 nasi padang dengan rendang, tambahan ekstra tempe, dan juga minumnya jus jeruk! Silahkan dimakan dan simpan wadahnya di tempat ini seperti biasa!”

“Bapak akan segera pergi?”

“Ia! Tugas Bapak cuma itu sekarang!”

“Tak bisakah disini mengobrol sebentar?”

“Tak bisa! Nanti Bapak bisa dipecat!”

“Baiklah Pak! Selamat bekerja kembali!”

“Bagaimana kabarmu Darwin!” Seseorang datang menyela pembicaraan.

...............................................

“Baiklah Pak saya permisi dulu!” Bapak pengantar makanan, sambil berjalan undur diri.

“Profesor!” Darwin, setelah mereka hanya berdua saja.

Adegan berganti di dalam ruang tahanan Darwin, sambil duduk di kursi yang telah disediakan seperti layaknya tempat interogasi. Kali ini Profesor tidak memakai jas lab seperti saat Dia bekerja, Ia memakai pakaian jas rapih yang satu setelan dengan celananya. Sementara Darwin memakai pakaian serba putih, seperti pasien rumah sakit jiwa.

“Secara fisik Saya baik-baik saja Pak!”

“Apa mereka memperlakukanmu dengan baik?”

“Tidak ada penjara yang manusiawi Pak!” Sambil membuka bungkusan nasi padang.

 “Maaf, karena Aku tidak bisa cepat datang kemari!”

“Saya juga minta maaf karena tidak bisa menyembunyikan kekesalan, setelah seminggu berada di ruangan ini sendirian. Dan maaf juga karena bicara sambil makan, hanya saat makanlah hiburan yang paling menyenangkan disini!”

.............................................................................

“Jadi Kamu mendapatkanya! Kekuatan itu?”

“Ya!”

“Kamu harus ikut denganku, untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dan so’al Kamu yang terpapar radiasi meledaknya gedung fasilitas penelitian, mereka masih melakukan investigasi!”

“Tak perlu ada investigasi Pak! Aku akan menceritakan semuanya sekarang!”

“..........?”

“Jadi begini ceritanya.............” Darwin mengurutkan cerita pengalamanya, berdasar pada realita yang sebenarnya terjadi.

“Aku mengerti sekarang! Karena secara teori, tidak mungkin elemen-elemen yang sedang dinetralkan itu bisa bermutasi sendiri, tanpa adanya pemicu dan juga perintah.”

“Ia Pak! Maaf so’al semuanya yang telah terjadi.” Darwin, meski tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Profesor, tapi yang jelas sekarang Dia harus minta maaf.

“Ya tidak apa! Yang sudah terjadi biarlah terjadi.”

“Apa Anda tidak marah?”

“Marah? Tentusaja tidak.”

“......................??”

“Dengan adanya kekuatanmu sekarang! Berarti semua penelitianku selama ini telah berhasil.”

“Tapi semua yang ada disana itu, adalah penelitian dan pemikiran Anda yang berharga.”

“Disana hanya ada peralatan canggih saja. Sementara pemikiranku, tentu saja ada disini.” Sambil menunjuk pada kepalanya sendiri.

“Mendengar itu, Saya jadi lebih tenang sekarang! Ku kira sekarang akan dimintai pertanggung jawaban karena sudah menghancurkan fasilitas resmi Negara.”

“Tapi ngomong-ngomong kerugianya itu 2.5 triliun!”

“Oh......................!!! Apa Bapak baru saja mengatakan kata Triliun?”

“Ya! 2.5 Triliun!”

“Apa semuanya akan baik-baik saja? Ini tidak akan berujung dipenjara kan?”

“Kalau so’al itu Aku juga belum memikirkanya. Lebih baik Kamu segera hubungi seorang pengacara!”

Muka Darwin memucat,

“Apa kemungkinan terburuknya?” Darwin, dengan rasa cemas.

“Nusa Kambangan!”

“Ah! Berapa lama ya, Aku dikurung nanti? Setidaknya Aku sudah membiasakan diri, berada seminggu disini.” Bicara pada diri sendiri, sambil mencoba menerima kenyataan.

“Bercanda!”

...............................

“Lebih baik Bapak pulang! Saya akan tidur sekarang!” Berdiri dari kursi,

“Jangan marah dong! Ini salahmu sendiri karena tidak cepat-cepat mengabarkan kekuatanmu padaku!”

“Maaf so’al itu! (Sebenarnya Aku akan mengatakanya pada hari itu, tapi karena Aku melihat sesuatu yang tak ingin Aku lihat, semua niatku sirna begitu saja! Meski itu tidak ada hubunganya sama sekali denganku, tapi melihat semuanya membuatku patah hati!)” Darwin, sambil duduk kembali.

“Ya sudah! Sekarang kemasi barang-barangmu!”

“Saya tidak membawa apapun Pak.”

“Baiklah! Sebelum kita pergi, apa Kamu ada permintaan?”

“Sebuah Handphone, dan koneksi internet!”

“Oh! Ada seseorang yang ingin Kamu hubungi?”

“Tidak, hanya ingin update Instagram!” 

...............................................

Dan dengan itu, Darwin bisa keluar dari penjara.

“Permisi Pak! Daritadi banyak baliho, yang memakai seorang model yang sama! Apa ini cara pemerintah melakukan promosi?” Darwin, yang sedari tadi melihat wajah Satria menjadi model berbagai produk di baliho, yang Ia lewati di jalan tol.

“Ya, semenjak Pahlawan Nasional diperkenalkan pada umum, kita harus menyebarkanya pada semua orang. Baik di televisi, internet, maupun media lainya.” Profesor, yang duduk di kursi sebelah Darwin, di dalam mobil yang sedang berjalan entah kemana.

“Oooh. Apa berpenampilan rupawan, menjadi salah satu kualifikasi saat pemilihan?” Darwin, melihat photo Satria di baliho tidak ada yang gagal.

“Tidak tahu! Bukan Aku yang memilih!”

“Begitu! Berarti Aku hanya akan menjadi objek penelitian saja ya? Apa benar begitu Profesor?”

“Enggak juga! Memangnya Pahlawan Nasional hanya dibatasi satu orang saja!”

“Jadi, maksud Anda?”

“Ya, Ini adalah penawaranku untukmu! Apa Kamu mau menjadi Pahlawan Nasional?”

....................................................................................................

“Saya tidak yakin Pak! Nampaknya itu terlalu berat, Saya hanya bisa kebal saja, tidak punya kemampuan lainya!”

“Tentu saja Kamu akan dilatih, dan akan menjadi partner dengan Kapten.”

“Latihanya sampai Kapan?”

“Sampai Kamu bisa!”

“Baiklah Pak! Saya akan menerimanya, tapi mungkin Profesor harus banyak bersabar. Karena Saya payah dalam olahraga!”

“Olahraga dan pertempuran adalah sesuatu yang berbeda! Aku sudah menyerahkan semua Profilmu pada mereka, jadi semua hal tentangmu sudah bukan rahasia lagi!”

“Syukurlah kalau begitu!”

“Terimakasih!” Profesor menunjukan wajah yang senang, ketika Darwin menerima tawaranya. “Nanti semua dokumen yang harus Kamu tandatangani, ada di tempat yang sedang kita tuju. Sekarang lebih baik kita mampir dulu ke pusat perbelanjaan, Kamu tidak bisa bertemu dengan orang dengan pakaian seperti ini!” Melihat Darwin masih memakai pakaian pasien.

“Saya tidak bawa uang Pak!”

“Tenang saja! Negara punya banyak uang!” Profesor, Darwin lalu merubah eksresinya menjadi sedikit tersenyum. “Tapi semuanya akan dipotong dari gajimu!”

Darwin merubah lagi ekspresinya menjadi muka datar.

Beberapa jam kemudian, mereka tiba di tempat tujuanya. Darwin sudah berganti pakaian dengan kemeja dan celana hitam.

“Sekarang kita dimana Pak?” Darwin, saat pertama kali turun dari kendaraan roda empat.

“Bogor!.................”

“Oooh! Tapi kayaknya perlu lebih spesifik lagi! Paket saja tidak akan sampai dirumah, jika hanya menyebutkan nama kota saja.” Sambil memandangi gedung 5 tingkat di depan matanya.

“Hahaha! Ini adalah pusat keamanan Negara. Ayo masuk!” Sambil mengambil langkah sebagai percontohan,

Lihat selengkapnya