KAPTEN - SEBUAH CERITA PAHLAWAN NASIONAL

Herlan Herdiana
Chapter #12

12. Kostum

“Sekarang Aku akan mengajarimu cara untuk menghindari serangan.” Satria, melanjutkan kegiatan latihan mereka di fasilitas keamanan Negara. Darwin hanya menurut saja di hadapan Satria, tanpa mengatakan apapun. “Aku akan menyerangmu dengan pukulan pelan!”

“OK!”

Lalu Satria menyerang dengan pukulan tangan kananya secara menyamping, dan Darwin menghindarinya dengan cara mundur kebelakang.

“Akan lebih baik jika tidak menghindar ke belakang, dan melakukanya dengan menunduk! Itu lebih mudah dan tidak memakan banyak energi.”

“Aku mengerti!”

“Dan jika pukulan datang dari bawah atau istilahnya jebs, Kamu hanya perlu menghindarinya secara menyamping!” Satria lalu mempersiapkan lagi porsi latihan untuk Darwin, “Baiklah! Mari mulai lagi! Aku akan menyerang secara beruntun!”

“OK!”

“Kanan!” Darwin lalu menunduk dengan reflek. “Bagus! Sekarang Aku tidak akan mengatakan darimana serangan akan datang!” Satria lalu menyerang lagi, dimulai dengan pukulan tangan kiri, tangan kanan, lalu dari bawah, yang semuanya bisa dihindari dengan baik, karena masih dalam tempo dan kekuatan sedang.

“Tunggu! Sebenarnya untuk apa kita melakukan semua ini?” Darwin, mempertanyakan semuanya setelah berlanjut sejauh ini.

“BUKKK!” Tanpa basa-basi Satria memukul Darwin dengan menggunakan kekuatanya, “PRAKKKK!” Darwin terlempar ke sebuah alat fitness yang kini rusak karena tubrukan badanya.

“Aku mengerti! Sekarang bisa tolong keluarkan aku dari sini! Nampaknya aku terjepit dan tidak bisa bergerak sekarang!” Darwin, dari dalam tumpukan rongsokan alat fitness yang baru saja dihancurkan.

Satria datang dan menyingkirkan semua benda yang menimpa tubuh Darwin.

“Jangan ada dendam, Aku hanya tidak menyukai alat ini saja!” Sambil mengulurkan tangan lagi pada Darwin.

“Dendam! Tentusaja tidak, dendam datang dari rasa sakit. Sementara Aku sudah tidak merasakan sakit lagi, meski hanya secara fisik saja!” Darwin mengatakanya dengan mata kosong sambil melamun.

“Bagaimana dengan latihan kalian?” Gadis yang membuat Darwin melamun datang,

“Lancar! Cuman ya.........” Melihat tempat fitness yang hancur, “Agak sedikit berantakan saja!” Darwin,

“Oh Iya, Maaf Aku harus pergi sekarang! Mungkin Kamu harus berlatih sendiri dulu!” Satria, dengan kedatangan Lavender kesana, berarti mereka sedang ada urusan lain.

“Kebetulan Darwin sedang ditunggu Ayah di gedung I lantai 1! Jadi mungkin latihan kalian hari ini bisa diselesaikan!” Lavender,

“Kalau begitu Darwin mandi dulu!” Berusaha untuk keluar dari perbincangan,

“Kita juga akan pergi!” Satria, yang secara tidak langsung mengajak Darwin keluar dari tempat itu bersama-sama.

Dan merekapun berjalan bertiga secara beriringan, untuk keluar dari ruangan latihan itu.

 “Hari ini ada jadwal apa?” Satria,

“Syuting iklan produk sosis!” Lavender,

“IKLAN SOSSIS?” Darwin,

“Iya, meski tujuanya bukan untuk komersil. Ini hanya sebagai kegiatan promosi memperkenalkan pahlawan nasional resmi Negara kita!” Lavender,

“Apa mereka akan menyuruhmu untuk melakukan gerakan tarian aneh?” Darwin, pada Satria.

“Aku tidak tahu! Tapi jika disuruh begitu Aku akan menolak!” Satria,

“Ya, itu sama sekali tidak cocok denganmu!” Darwin,

“Konsep iklanya tidak seperti itu, tapi tetap ditujukan untuk segala usia. Nanti akan ada beberapa orang memakai pakaian monster, lalu monster itu dipukul hingga jatuh oleh Satria.” Lavender, menjelaskan sebagai manajer yang baik.

“Tunggu! Bukankah itu mengandung adegan kekerasan?” Darwin,

“Tidak, kalau disana tidak ada darah atau orang mati! Lagian Aku hanya akan memukul secara simbolis saja, tidak sampai kena. Bukanya begitu?” Satria,

“Iya, dan nanti akan dikasih efek tulisan suara pukulan seperti pada film kartun.” Lavender,

“Jika butuh seseorang untuk dihajar, Aku siap membantu!” Darwin,

“Benarkah? Tapi nanti Aku tidak akan sungkan memukul jika itu kamu!” Satria,

“Sayang sekali, tapi Darwin sudah ada kegiatan lain sekarang! Mungkin jika lain kali, Lavender akan usahakan!” Lavender,

“Ya, Mungkin lain kali!” Satria, Dan sekarang mereka tiba di persimpangan. “Oh Iya, nanti kami akan pulang malam. Mau nitip sesuatu?” Sebelum mereka mengambil jalan yang berbeda.

“Martabak coklat special, dengan 3 telur bebek!” Darwin, tanpa sungkan sedikitpun.

“Baiklah! Nanti ketika pulang, kami akan usahakan mampir! Kalau begitu sampai nanti!” Satria,

“Sampai nanti Darwin!” Lavender,

Darwin hanya tersenyum hampa, sambil mengangkat tanganya tanpa mengucapkan salam perpisahan. Sampai mereka mulai berbalik dan berjalan menuju tujuan mereka, senyuman hampanya berubah menjadi wajah getir saat melihat punggung mereka menjauh, dan hanya bisa membayangkan tawa mereka saat saling melempar canda.

“(Harusnya Kau bahagia Darwin! Melihat orang yang Kamu sayangi bahagia! Ya, harusnya memang seperti itu!)” Suara hatinya yang mencoba menerima kenyataan, “Mungkin ini saatnya, Aku minta nomor HP gadis resepsionis pada Profesor!” Dilanjutkan dengan kata hatinya yang tidak sengaja diucapkan.

Setelah Darwin mandi, dan memenuhi janjinya bertemu dengan Profesor.

“Permisi! Profesor? Aku senang, Anda mengajaku melihat kostum yang dibuatkan khusus untuk-ku! Tapi apakah ini tidak terlalu besar?” Darwin, melihat kostum yang dilindungi kaca di depanya. Dan tanpa sadar mengubah panggilan dirinya dari ‘Saya’ menjadi ‘Aku’.

“Ya, pada awalnya ini memang bukan ditujukan untukmu!” Profesor,

“Untuk itulah Kamu diundang kesini! Baju ini akan disesuaikan dengan ukuran badanmu, dibuat dari bahan khusus yang dapat bertahan dari ledakan dan juga cuaca ekstrim. Sangat cocok dengan kekuatanmu!” Marsekal Hadiyanto, yang hadir disana juga.

“Terimakasih banyak Bapak Marsekal! Setidaknya ini bukan terbuat dari SPANDEX!” Spandex adalah bahan pakaian elastis ketat yang biasanya digunakan oleh olahragawan dan juga superhero seperti manusia laba-laba dan lainya. “Tapi ini panjang sekali, memangnya ini ditujukan untuk orang setinggi apa?” Darwin bertanya pada Profesor,

“190 Cm!”

“Maaf mengecewakan Anda Profesor! Tapi ekspektasi anda terhadap Pahlawan super nampaknya terlalu berlebihan! Dan sekarang malah mendapatkan Aku yang hanya mempunyai tinggi 163,5 Cm!” Darwin,

“Itu bukan masalah besar! Tinggal kita kecilkan saja pakaian ini!” Profesor,

“Ya, ini hanyalah contoh desain awalnya saja!” Marsekal, menambahkan.

“Tapi jika boleh, Aku ingin mengajukan desain yang sudah Aku buat untuk dijadikan kostum Pahlawanku sendiri! Itupun jika boleh!” Darwin,

“Tentu saja boleh!” Bapak Marsekal yang baik hati.

“Lho! Kamu tidak suka dengan desain yang aku buat!” Profesor,

Lihat selengkapnya